Kiamat Gletser Thwaites sedang mengancam di Antartika!

- 16 Februari 2023, 17:36 WIB
Sebuah kapal saat melewati perairan di dekat Gletser Thwaites.*
Sebuah kapal saat melewati perairan di dekat Gletser Thwaites.* /International Thwaites Glacier Collaboration / Alex Mazur./

WartaBulukumba - Kabar yang 'menggigilkan' itu adalah: "kiamat Gletser Thwaites sedang mengancam di Antartika!" Benarkah?

Sebenarnya, Douglas Fox yang kerap menulis tentang biologi, geologi, dan ilmu iklim dari California telah memberitahu kita tahun lalu melalui sebuah artikelnya di situs Scientific American pada 1 November 2022

Artikel itu tentang perjalanan Erin Pettit pada 26 Desember 2019, yang berjalan susah payah melintasi dataran salju dan es yang menantang.

Baca Juga: Mengenal teknologi HAARP yang dituding berada di balik gempa besar di dunia! Aceh hingga Turki?

Dia menyeret unit radar penembus es seukuran koper besar di atas kereta luncur plastik merah di belakangnya.

Salju rapuh berderak seperti serpihan jagung di bawah sepatu botnya—bukti bahwa salju baru saja meleleh dan membeku kembali setelah serangkaian hari musim panas yang hangat.

Pettit sedang mengamati bagian Antartika di mana, hingga beberapa hari sebelumnya, tidak ada manusia lain yang pernah melangkah.

Baca Juga: Benarkah HAARP adalah senjata rahasia AS untuk menimbulkan gempa dan merekayasa cuaca?

Sebaris bendera nilon berwarna merah dan hijau, berkibar tertiup angin di atas tiang bambu, membentang ke kejauhan, menandai rute aman yang bebas dari celah-celah yang tersembunyi dan mematikan. Rak Es Thwaites tampak sehat di permukaan. Tetapi jika itu masalahnya, Pettit tidak akan ada di sana.

Pettit sedang mempelajari cacat di dalam es, mirip dengan retakan tersembunyi di bendungan besar, yang akan menentukan kapan lapisan es akan runtuh. Ketika itu terjadi, sisa Lapisan Es Antartika Barat di belakangnya dapat mengalir langsung ke lautan, mendorong naiknya permukaan laut di sekitar planet ini, membanjiri kota-kota pesisir di seluruh dunia.

Dikutip dari Cosmos Magazine pada Kamis, 16 februari 2023, pemodelan menunjukkan bahwa pencairan dapat menaikkan permukaan laut global rata-rata lebih dari setengah meter.

Baca Juga: Ilmuwan ungkap mengapa gempa Turki dan Suriah begitu dahsyat

 

Hingga kini para ilmuwan masih mempelajari data untuk mencoba dan menggarisbawahi urgensi dampak bencana yang berpotensi dari perubahan iklim yang disebabkan manusia terhadap ekosistem global dan peradaban itu sendiri.

Para peneliti dari Survei Antartika Inggris mengungkapkan temuan mereka tentang kerentanan Gletser Thwaites untuk runtuh dalam dua makalah di Nature pada Rabui, 15 Februari 2023.

Hasilnya berasal dari pengukuran yang dilakukan dengan mengebor sekitar 587 meter es dan menggunakan kendaraan bawah air semi-otonom untuk mengukur properti laut di sekitar gletser.

Proyeksi mereka menunjukkan bahwa keruntuhan total Gletser Thwaites dapat meningkatkan permukaan laut global sebesar 65 cm selama sekitar satu abad. Runtuhnya gletser juga dapat menggoyahkan gletser tetangga, yang menyebabkan kenaikan tambahan setinggi tiga meter.

Baca Juga: Lima teori ini berupaya menyibak misteri Atlantis, teori terakhir paling ekstrem

Kiamat itu Semakin Dekat

Mengutip Deutsche Welle pada Kamis, 16 Februari 2023, ada air hangat meresap ke titik-titik rawan Gletser Thwaites di Antarktika. Kondisi itu memperparah mencairnya gletser yang disebabkan kenaikan suhu global, menurut hasil penelitian yang diterbitkan  dalam jurnal Nature pada Rabu.

Dijuluki "Gletser Kiamat”, Gletser Thwaites ini dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut global lebih dari setengah meter jika mencair, meskipun diperkirakan akan membutuhkan waktu hingga ratusan tahun. Potensi melelehnya gletser raksasa ini juga dapat mengganggu kestabilan gletser lain di sekitarnya, di mana hal itu bisa menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi tiga meter.

Tim peneliti yang terdiri dari 13 ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) dan Inggris menghabiskan waktu sekitar enam pekan di gletser tersebut pada akhir 2019 dan awal 2020.

Baca Juga: Tumpukan harta karun batu permata berusia 2000 tahun ditemukan di pemandian Romawi

Peneliti menggunakan robot bawah air yang dikenal sebagai Icefin, yang memiliki data dan sensor. Mereka memantau batas dasar gletser, tempat di mana es meluncur dari gletser dan bertemu dengan lautan untuk pertama kalinya.

Riset ini merupakan hasil dari upaya penelitian internasional multitahun senilai 50 juta dolar AS atau setara Rp758 miliar untuk lebih memahami gletser terbesar dan terluas di dunia.

Sebelumnya, para ilmuwan tidak memiliki hasil pengamatan dari titik kritis yang sulit dijangkau di Thwaites.

Namun, dengan menurunkan Icefin ke dalam lubang tipis berkuran 587 meter, peneliti melihat betapa pentingnya celah-celah dalam retakan es yang memberikan dampak terberat bagi Gletser Thwaites, dampak yang bahkan lebih besar dari sekedar mencair.***

 

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah