Sementara itu, 19% yang menerima uang namun menolak calon, menggambarkan sikap yang lebih kritis dan mungkin menunjukkan ketidakpercayaan terhadap sistem.
Baca Juga: Kontroversi pernyataan Jokowi: 'Presiden boleh berkampanye dan berpihak dalam Pemilu 2024'
Dinamika Sosial dan Politik Uang
Praktik politik uang terentang luas di berbagai strata sosial. Bagi sebagian, penerimaan uang merupakan bentuk keberlangsungan hidup; bagi yang lain, itu adalah transaksi politik sederhana.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana politik uang telah mengikis nilai-nilai demokrasi, mengubah pemilu menjadi pasar barang dan jasa.
Mari kita masuki rumah-rumah penduduk. Ada yang menolak uang dan calon karena prinsip; ada juga yang menerima uang namun memilih sesuai hati nurani. Kisah mereka mewakili keragaman respons terhadap politik uang.
Ketika suara dapat dibeli, nilai sebuah pilihan menjadi semata-mata transaksional. Ini tentu saja mengancam prinsip dasar demokrasi, di mana setiap suara seharusnya mewakili keputusan bebas dan sadar.***