Apa yang bisa diperoleh rakyat dari Pemilu yang cacat etika dan moral?

- 9 November 2023, 17:53 WIB
Gedung MK.
Gedung MK. /Pikiran Rakyat/Asep Bidin Rosidin

Sanksi yang dijatuhkan MKMK kepada Ketua MK Anwar Usman adalah pemberhentian dari jabatan Ketua MK sebagai terlapor. Dan memerintahkan kepada Wakil Ketua MK dalam waktu 2 X 24 jam sejak putusan ini untuk memimpin penyelenggaraan pemilihan Ketua MK yang baru.

Baca Juga: Kredibilitas pencapresan Prabowo-Gibran bisa hancur! Sejumlah pakar ungkap alasannya

Meskipun Pelanggaran Etik Tapi Hasilnya Tetap Diterima

Selain itu, MKMK juga memberi sanksi kepada Anwar Usman untuk tidak lagi menyidangkan perkara Pemilu yang berpotensi adanya konflik kepentingan.

"Masalahnya memang bisa saja dianggap sesederhana itu. Tapi rasa keadilan bagi rakyat, bagaimana mungkin putusan yang dilakukan dengan cara menyalahi etik ini, hasilnya tetap bisa diterima," tutur Jacob Ereste.

Kejanggalan serupa ini, menurut dia, sama halnya dengan sejumlah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang tidak segera mengundurkan diri dari jabatan kementerian yang dipangkunya, sehingga sangat potensial untuk disalahgunakan dalam proses pemilihan dirinya sebagai Calon Presiden maupun sebagai Calon Wakil Presiden.

"Logika masyarakat awam jelas tidak bisa menerima putusan yang dilakukan dengan cara melanggar etik berat itu," tegas Jacob Ereste.

Baca Juga: 22 syarat minimal Capres dan Cawapres di Pilpres 2024 yang layak dipilih rakyat Indonesia

Karena putusan yang dilakukan dengan cara cacat etika moral itu, tetap bisa diberlakukan karena apapun putusan MK dianggap memiliki kekuatan hukum tetap yang tidak bisa dibatalkan.

Padahal, putusan hakim itu seharusnya demi dan untuk kebenaran dan keadilan, bukan demi hukum itu sendiri yang abai pada etika yang tidak bermoral. 

Lantas, pelajaran moralitas seperti apa yang bisa diperoleh oleh rakyat dalam pesta demokrasi di Indonesia untuk lebih memuliakan harkat dan martabat manusia Indonesia yang tetap berbudi luhur dan menjunjung tinggi adat istiadat serta budaya bangsa yang bermartabat. Sebab dalam pernik melik Pemilu yang sedemikian rumit dan ruet, kerentanan untuk lebih banyak menerabas etika yang tidak bermoral itu, sangat riskan.

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah