MUI Sumbar: 'Pernyataan Menag Yaqut adalah bentuk arogansi dan pemutarbalikan sejarah bangsa'

- 25 Oktober 2021, 16:15 WIB
Menag Yaqut
Menag Yaqut //Dok. Kementerian Agama//
 
WartaBulukumba - Gaduh yang dipicu pernyataan Menag Yaqut terus menuai reaksi keras berbagai elemen.
 
Teranyar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat juga mengeluarkan reaksi keras terhadap pernyataan Menteri Agama tersebut.
 
MUI Sumbar melalui Buya Gusrizal Gazahar menegaskan bahwa pernyataan Menag Yaqut merupakan bentuk arogansi dan pemutarbalikan sejarah bangsa. Bahkan telah menafikan peran umat Islam.
 
 
Buya Gusrizal Gazahar melalui tulisan berjudul: Kalau Hanya untuk NU, Jadikan Saja Kemenag NU, Kami di Luar!" yang diunggah melalui akun Facebook-nya pada Ahad, 24 Oktober 2021 melontarkan kritikan pedas.
 
“Bila pernyataan Yaqut diamini oleh NU, umat Islam di luar NU harus segera mengambil sikap karena kemerdekaan yang diperjuangkan seluruh umat bukanlah untuk menyerahkan kendali leher kita kepada sekelompok orang. Tak perlu disurukkan lagi!,” tulis Buya Gusrizal 
 
Buya Gusrizal membeberkan rahasia umum bahwa selama ini untuk mengisi jabatan tertentu dalam berbagai posisi di Kemenag, haruslah dari orang-orang yang sesuai dengan pernyataan Yaqut tersebut.
 
 
Seperti diketahui, baru-baru ini Yaqut Cholil Qoumas menyebut Kementerian Agama merupakan hadiah negara yang spesifik untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum.
 
“Saya berharap organisasi sebesar NU tidak diam saja ketika mengetahui komentar Yaqut ini karena saya banyak mengenal tokoh NU yang tak terlintas dalam benak saya, akan berpandangan sama dengan pernyataan Yaqut tersebut,” tegasnya.
 
“Tapi kalau semua mereka bersikap diam, sangat disayangkan kalau kita harus berkata, ‘ambillah Kemenag itu oleh tuan-tuan tapi kami bukanlah budak yang bisa tuan-tuan kendalikan,” tulis tokoh kelahiran Solok, Sumbar itu.
“Selama ini, banyak pihak merasa segan untuk menyebutkan perkara ini demi menjaga persatuan umat,” tulis ulama lulusan Universitas Al-Azhar, Kairoitu.
 
 
 
Buya Gusrizal juga mengakui bahwa tulisan itu merupakan ungkapan perasaan ketidaknyamanan atas sikap dan perlakuan yang tertahan di dalam dadanya.
 
Ia menyatakan bahwa hal itu harus dilontarkan. Tidak bisa disimpan-simpan lagi.***
 

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x