WartaBulukumba.Com - Di kepalanya bertengger kopiah hitam. berjenggot, tubuhnya terlihat gempal, disumpah di bawah Al Quran dan mengaku sebagai Imam Mahdi!
Sontak viral di media sosial, pria asal Kudus itu bersumpah di bawah Al Quran bahwa diirnya telah didatangi Nabi Muhammad SAW.
Pria Kudus itu diketahui bernama Muhammad Maulana Ishaq. Dalam video dia menuturkan bahwa kedatangan Rasulllah SAW padanya menjadikan ia sebagai Imam Mahdi. Sontak video viral tersebut menjadi bahan olok-olokan netizen di berbagai platform media sosial. Bahkan tagar Imam Mahdi memuncaki trending topics di platform X pada Jumat, 24 November 2023.
Baca Juga: Benarkah Muhammad Qasim dibaiat sebagai Imam Mahdi pada tahun 2028?
Sebenarnya bagaimana penjelasan Islam tentang Imam Mahdi? Dan satu hal yang pasti, Muhammad Maulana Ishaq bukan orang pertama dalam sejarah yang mengaku-ngaku sebagai Imam Mahdi. Sementara itu, dalam eskatologi Islam, Imam Mahdi tidak mau mengakui dirinya sebagai Imam Mahdi dan dia dibaiat secara paksa di depan Kabbah oleh sekelompok muslimin.
Orang-orang yang Mengaku sebagai Imam Mahdi
Dalam sejarah Islam, munculnya individu yang mengklaim sebagai Imam Mahdi menjadi fenomena yang menarik perhatian. Salah satu insiden paling mencolok terjadi pada 1979 di Mekkah, ketika Juhaiman Al-Otabi menggemparkan dunia dengan serangannya terhadap Masjidil Haram.
Dikutip dari buku yang ditulis Ali Al-Kurani pada 2004 berjudul "Imam Mahdi: Dari Proses Gerakan Hingga Era Kebangkitan", diterbitkan Misbah, berikut beberapa sosok dengan klaim serupa.
Baca Juga: Imam Mahdi, Pasukan Panji Hitam dan pembebasan Palestina dalam Perang Akhir Zaman
Juhaiman Al-Otabi: Revolusi di Tanah Suci
Juhaiman, seorang mantan tentara, memimpin serangan terhadap Masjidil Haram pada 20 November 1979. Aksinya diwarnai oleh ketidakpuasannya terhadap Kerajaan Arab Saudi yang dinilainya tercemar oleh korupsi dan pengaruh barat.
Ia mengklaim sebagai Imam Mahdi, menyalahkan ulama karena dianggap terlalu patuh pada penguasa yang dinilai telah mengkhianati nilai-nilai Islam. Serangannya memunculkan pertanyaan besar terkait wibawa pemerintahan Saudi dan peran ulama dalam konteks politik.
Baca Juga: Perang akhir zaman: Pasukan Imam Mahdi menggunakan senjata super canggih?
Abdullah bin Mu'awiyah: Pemberontakan di Iran
Pada 744 M, golongan Syiah di Kufah mengangkat Abdullah bin Mu'awiyah, seorang keturunan Ja'far bin Abi Thalib, sebagai Imam Mahdi. Ia memberontak terhadap Khalifah Yazid III dari Dinasti Umayyah.
Dukungan golongan Syiah membuatnya berhasil menguasai wilayah barat Iran selama dua tahun, menimbulkan pertanyaan tentang otoritas politik dalam konteks agama.
Ibnu Tumart: Pemimpin Reformasi Berber
Seorang cendekiawan Muslim, Ibnu Tumart, menyatakan dirinya sebagai Imam Mahdi dalam upayanya mereformasi Dinasti Murabithun di Maroko Selatan pada abad ke-12.
Dia berhasil membangkitkan gerakan pemberontakan bersama suku Masmuda, menimbulkan pertanyaan akan peran cendekiawan dalam dinamika politik suatu wilayah.
Agha Muhammad Reza: Pergerakan Spiritual dan Politik
Agha Muhammad Reza, seorang Sufi Pir, memulai gerakan pada 1799 dengan menginvasi Kerajaan Kachari di India Timur. Dalam tindakannya, ia mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi, menimbulkan perdebatan tentang peran spiritualisme dalam konteks politik.
Mirza Ghulam Ahmad: Pendiri Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad pada akhir abad ke-19 mendirikan gerakan Ahmadiyah dengan mengaku sebagai Imam Mahdi dan menerima wahyu dari Tuhan. Tindakannya memunculkan pertanyaan seputar legitimasi gerakan keagamaan dan perannya dalam mempengaruhi komunitas.
Dengan munculnya individu yang mengklaim sebagai Imam Mahdi dalam konteks sejarah Islam, hal ini membuka ruang diskusi luas terkait politik, spiritualitas, dan otoritas agama. Fenomena ini menciptakan dinamika kompleks dalam masyarakat Muslim yang terus diperdebatkan hingga saat ini.
Imam Mahdi dalam Eskatologi Islam
Imam Mahdi dalam Eskatologi Islam memiliki penjelasan lengkap dan detil termasuk ciri fisik hingga situasi seperti apa yang terjadi saat kemunculannya.
Berikut tiga hadits yang terdapat dalam sunan Abi Daud yang menginformasikan tentang ciri dari Imam Mahdi.
Imam Mahdi termasuk Ahlul Bait
Imam Mahdi memiliki garis nasab yang tersambung ke Rasulullah. Ia memimpin dan menegakan keadilan setelah sebelumnya kkemungkaran secara global merajalela.
"Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Dukain berkata, telah menceritakan kepada kami Fithr dari Al Qasim bin Abu Bazzah dari Abu Ath Thufail dari Ali radhiallahu'anhu dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Sekiranya dunia ini tidak lagi tersisa kecuali hanya sehari, sungguh Allah akan mengutus seorang laki-laki dari ahli baitku, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi pernah dipenuhi kajahatan." (HR. Abu Daud)
Imam Mahdi Memiliki garis nasab ke Rasulullah SAW
"Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja'far Ar Raqqi berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Malih Al Hasan bin Umar dari Ziyad bin Bayan dari Ali bin Nufail dari Sa'id Ibnul Musayyab dari Ummu Salamah ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Al Mahdi dari keturunanku, dari jalur Fatimah." Abdullah bin Ja'far berkata, "Aku mendengar Abul Malih memuji Ali bin Nufail, dan ia menyebutkan akan kebaikannya." (HR. Abu Daud)
Imam Mahdi memiliki hidung yang mancung, dahi yang lebar
Imam Mahdi secara fisik disebutkan dalam Nubuwah Rasulullah SAW bahwa Imam Mahdi memiliki hidung yang mancung dan dahi yang lebar. Imam Mahdi akan memimpin selama tujuh tahun di dunia.
"Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Tammam bin Bazi' berkata, telah menceritakan kepada kami Imran Al Qaththan dari Qatadah dari Abu Nadhrah dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Al Mahdi itu dari keturunanku, dahinya lebar dan hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi pernah dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Ia akan berkuasa selama tujuh tahun." (HR. Abu Daud) .