Mereka juga tak menutup kemungkinan menjalankan serangan bunuh diri terhadap tentara penjajah 'Israel'.
Saat para pejuang di Tepi Barat yang berafiliasi ke Fatah dibunuh Zionis, Hamas kerap ikut melancarkan serangan roket ke wilayah yang diduduki Zionis. Sedangkan saat Zionis mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober lalu, digelar pemogokan massal di seantero Tepi Barat. Belakangan, konfrontasi-konfrontasi di Tepi Barat antara pemuda dan penjajah 'Israel' terus meningkat seiring terus berjatuhannya korban jiwa di Gaza.
Perlawanan di Tepi Barat tergolong lebih sukar karena tak seperti Gaza, seantero wilayahnya diduduki oleh pasukan Zionis. Otoritas Palestina yang pejabatnya merupakan kader Fatah hanya menjalankan fungsi administrasi. Belakangan, Zionis juga mulai menindak pihak Fatah.
Dalam penggerebekandi kamp pengungsi Jenin yang menewaskan sedikitnya tiga warga Palestina pada Rabu,1 November 2023), pasukan penjajah menangkap pemimpin senior Fatah.
5. Brigade Nasir Salahuddin (CRP)
Milisi yang terakhir adalah Brigades Salaheddine (CRP, sebuah organisasi militer dari Komite Resisten Rakyat, yang muncul pada tahun 2000 di Gaza selama Intifada kedua.
Awalnya terdiri dari elemen keamanan Fatah, partai Yasser Arafat; mereka awalnya berasal dari milisi "resmi" Fatah, yaitu Brigades des Martyrs d'Al-Aqsa, yang kemudian diikuti oleh para pindah dari organisasi nasionalis lain, dari komunis hingga islamis.
CRP dan brigadenya tidak memiliki ideologi sendiri dan kadang-kadang berpartisipasi dalam operasi bersama dengan kelompok lain.
Pada Juni 2006, bersama dengan Hamas dan Tentara Islam, kelompok Salafis, mereka mengklaim serangan terhadap tank Israel di pinggiran Gaza dan penangkapan prajurit Israel Gilad Shalit.
Sejak saat itu, mereka jarang menjadi perbincangan dan sulit untuk menilai kekuatan tempur mereka.***