Refleksi Sumpah Pemuda dan perjuangan Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bulukumba

- 27 Oktober 2021, 08:00 WIB
Haji Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari  Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Haji Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bulukumba, Sulawesi Selatan. /Foto Repro: Buku 'Inspiring Bulukumba'

Rapat tersebut kemudian memutuskan Andi Sultan Daeng Radja menjadi Regen (Kepala Adat) Gantarang. Jabatan ini diembannya hingga pemerintahan Belanda menyatakan pengakuannya atas kedaulatan Republik Indonesia.

Baca Juga: Amandemen UUD 1945, tuntutan zaman atau kepentingan elit politik?

Tahun 1930, Andi Sultan Daeng Radja mendapat kehormatan menjadi Jaksa pada Landraad Bulukumba.

Setelah proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pemerintah NICA menuduh Andi Sultan Daeng Radja terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI sehingga ia tidak lagi digunakan sebagai pemerintah.

Setelah kembali dari Jakarta, Andi Sultan Daeng Raja beserta delegasi lainnya menyebarkan berita proklamasi. Kehadiran beliau di Bulukumba mendapat sambutan yang luar biasa.

Baca Juga: Globalisasi vs Budaya, Ekonomi, Politik, dan Agama

Meskipun demikian pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik karena Dr. Ratulangi tidak dapat melaksanakan amanah yang diberikan. Situasi di Makassar khususnya, tidak kondusif. Jepang yang telah kalah perang tidak memberi peluang yang cukup besar bagi Ratulangi untuk bertindak. Keadaan yang demikian ini mendorong para bangsawan di daerah ini untuk memberi dukungan penuh agar Ratulangi mengambil alih pemerintahan.

Pada akhir bulan Agustus 1945 diselenggarakan rapat bersama pemimpin-pemimpin rakyat. Hasil pertemuan itu adalah terbentuknya staf Gubernur Sulawesi. Tidak lama kemudian dibentuk pula “Dewan Penasehat” untuk menata hubungan antara staf gubernur dan pemerintahan daerah. Dalam Dewan Penasehat ini Andi Mappanyukki ditunjuk sebagai Ketua Dewan Penasehat dan sebagai wakilnya ditunjuk Dr. Ratulangi. Selain itu pula untuk memberi dukungan penuh kepada Dr. Ratulangi agar tidak ragu dalam berhubungan dengan anasir-anasir asing, Andi Mappanyukki melakukan rapat dengan Dewan Hadatnya. Rapat itu dilaksanakan pada bulan September dan memutuskan dua hal penting, yaitu:

1. Tetap berdiri di belakang pemerintah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno-Hatta, dan

2. Bersedia bekerjasama dengan tentara Sekutu yang bertugas di Sulawesi, tetapi tidak dengan NICA.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah