Baca Juga: Protes, umbul-umbul hitam meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-76 di Luwu Utara
Saat Bung Karno diasingkan di Bengkulu bersama istrinya Inggit Garnasih pada 1938, Fatmawati yang terpaksa berhenti sekolah dasar tingkat 5 tetap giat dalam organisasi Nasyi’atul ‘Aisyiyah.
Saat Fatmawati menginjak usia 17 tahun, Soekarno memberanikan diri melamar Fatmawati. Soekarno beralasan 18 tahun pernikahannya bersama Inggit tidak kunjung memberikan keturunan sementara Ibunda Soekarno yang telah berusia senja di Blitar terus menanyakan kapan bisa memiliki cucu.
Mendengar lamaran Soekarno, Fatmawati menjawab bahwa sebagai perempuan Muhammadiyah, Fatmawati tidak mau dipoligami.
Baca Juga: Niat Puasa Tasua dan Puasa Asyura, tata cara dan keutamaannya
Atas alasan tersebut, Soekarno harus bersabar selama tiga tahun untuk menceraikan Inggit Ganarsih secara baik-baik dengan bantuan para sahabatnya terutama Hatta, Ki Hadjar Dewantoro, pengurus pusat Muhammadiyah Kiai Mas Mansyur hingga tokoh Muhammadiyah Bengkulu Oey Tjeng Hien.
Setelah urusan dengan Inggit selesai, pada tahun 1943 pernikahan melalui wali pun dilaksanakan antara Fatmawati yang berada di Bengkulu dengan Soekarno yang berada di Jakarta.
Pasca kelahiran anak kelimanya, Fatmawati berpisah dengan Soekarno. Peristiwa itu dipicu oleh berita tentang Soekarno yang hendak meminang Hartini.
Baca Juga: Pidato kenegaraan tak singgung jumlah korban jiwa Covid-19, Dosen UIN sindir Jokowi
Fatmawati tetap teguh pada prinsipnya bahwa perempuan Muhammadiyah tidak mau dipoligami.