Mengulik fakta sejarah Fatmawati Soekarno dan hubungannya dengan pergerakan Muhammadiyah

- 18 Agustus 2021, 11:17 WIB
Mesin jahit yang digunakan menjahit bendera pusaka saat ini tersimpan di rumah Fatmawati di Bengkulu.
Mesin jahit yang digunakan menjahit bendera pusaka saat ini tersimpan di rumah Fatmawati di Bengkulu. /Instagram.com/@sejarahbangsa

Fatmawati adalah juga seorang ibu negara yang sangat tangguh mendampingi gerak perjuangan sang suami, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Soekarno.

Terutama dalam masa-masa sulit di alam penjajahan Jepang, masa revolusi merebut kemerdekaan, hingga mempertahankan kemerdekaan di bawah serangan Agresi Militer Belanda 1 dan 2.

Baca Juga: Lirik lagu optimistik Red Velvet 'Queendom' lengkap dengan terjemahan Bahasa Indonesia

Salim dan Hardiansyah melalui buku Napak Tilas Jejak Muhammadiyah Bengkulu (2019) mencatat secara kronik, jejak kultural dakwah progresif yang kelak menjadi cikal bakal Muhammadiyah telah sampai di Bengkulu pada 1915 oleh para pendakwah Islam dari Minangkabau.

Ketika Fatmawati lahir pada 5 Februari 1923, Muhammadiyah belum memiliki cabang resmi di luar Jawa. Tetapi, antara tahun tersebut hingga 1925 saat kedatangan pendiri Sarekat Ambon Alexander Jacob Patty di Bengkulu untuk menjalani masa pembuangannya, ditengarai sebagai tahun berdirinya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi pergerakan di Bengkulu.

Dalam otobiografi Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno (1985) Muhammadiyah ketika itu langsung memanfaatkan kehadiran AJ Patty untuk turut berkiprah dalam pengembangan pendidikan Muhammadiyah.

Baca Juga: Alhamdulillah, Inayah bocah tanpa anus dari Bulukumba sudah dioperasi

Suasana tanah air pada 1923-1930 yang subur oleh pergerakan nasional membuat Hassandin tidak berpikir panjang untuk keluar dari zona nyaman menjadi pegawai Borsumy dan memulai hidup dengan pendapatan tak menentu atas keputusannya untuk tetap berkhidmat pada Muhammadiyah sebagai jalur perjuangan kemerdekaan.

ibunda Fatmawati, yakni Siti Jubaidah pun dikenal aktif di dalam ‘Aisyiyah dalam bidang pendidikan yakni memberikan ketrampilan atau mengajar baca tulis.

Saat Fatmawati menginjak usia remaja, baik Hassandin maupun Siti Jubaidah telah menjabat sebagai konsul Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Tidak heran, Fatmawati selalu dilibatkan dalam konferensi Muhammadiyah yang digelar setiap tahun untuk menyanyi atau membaca Al-Qur’an.

Halaman:

Editor: Nurfathana S

Sumber: Muhammadiyah.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah