Operasi rekonstruksi untuk OYPMK hadir di RSUP Dr Tajuddin Chalid

28 Juni 2022, 18:30 WIB
Dr Ton Schreuders dan ahli fisioterapi Dr Willem Theuvenet sedang berada di Makassar untuk memberikan pelatihan operasi bedah rekonstruksi bagi dokter RSUP Dr Tajuddin Chalid Makassar. /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Penyakit kusta masih sangat melekat dengan stigma negatif.

Hal itu disebabkan oleh disabilitas yang jika terlambat berobat, seperti misalnya jari tangan kaku (Clow Hand) dan kaki lunglai (Drop Foot).

Di masyarakat yang terdapat Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) sering kali mengalami stigma negatif sehingga menarik diri terutama yang jari tangannya kaku.

Baca Juga: Jangan jadikan sibuk sebagai alasan tidak berolahraga, berikut jenis oahraga 5 menit yang aman

Bisa dikata disabilitas akibat kusta serasa dunia berakhir.

Di balik itu, kali ini datang kabar gembira bagi OYPMK, pasalnya seorang dokter asal Belanda merupakan ahli fisioterapi Dr Ton Schreuders dan ahli bedah rekonstruksi Dr Willem Theuvenet sedang berada di Makassar untuk memberikan pelatihan operasi bedah rekonstruksi bagi dokter RSUP Dr Tajuddin Chalid Makassar.

Sejak kedatangannya pada hari jumat 17 Juni telah mengoperasi 4 pasien OYPMK dari kota Makassar dan daerah.

Baca Juga: Jangan sepelekan sakit pinggang sebelah kiri, berikut 5 penyebabnya

Pelatihan tersebut merupakan kerjasama PerMaTa Sulawesi Selatan, Yayasan DTI, RSUP Dr Tajuddin Chalid, PUM dan TLM Netherlands.

Operasi bedah rekonstruksi adalah mengembalikan fungsi, tujuannya untuk mengembalikan jari tangan yang kaku agar lurus kembali dengan operasi yang disebut Lasson dan kaki lunglai dapat kembali bergerak ke atas (Flexy) dengan operasi bernama Tibialis Posterior Transfer.

Pada masa dokter Ilyas ahli beda rekonstruksi Rumah Sakit Dr Tadjuddin Chalid masih aktif dengan operasi seperti itu telah banyak OYPMK yang kembali percaya diri bahkan lepas dari stigma dirinya, namun sayangnya sudah pensiun pada tahun 2013 dan tidak ada penerusnya.

Baca Juga: 6 penyebab menstruasi tidak lancar salah satunya memasuki masa menopause

Direktur RSUP Dr Tajuddin Chalid, Prof Dr Mansyur Arif mengatakan bahwa meskipun RS Dr Tadjuddin Chalid berubah menjadi Rumah Sakit Umum tetapi akan tetap memprioritaskan pelayanan kusta terutama operasi bedah rekonstruksi apabila memang masih banyak OYPMK yang mengalami disabilitas membutuhkannya.

Komitmen tersebut dibuktikan dengan pelatihan operasi bedah rekonstruksi yang nantinya akan bertugas.

Al Kadri Wakil Ketua PerMaTa Indonesia mengatakan bahwa dahulu ketika terkena kusta sangat terlambat berobat sehingga mengalami disabilitas pada jari tangannya.

Namun setelah menjalani proses berobat dia kemudian dioperasi rekonstruksi sehingga jari tangannya lebih baik dari sebelumnya.

"Dulunya saya tidak bisa menggenggam gelas dengan satu tangan tapi setelah dioperasi sudah bisa melakukan dengan mudah. Setelah operasi membuat banyak perubahan dalam diri saya karena kembali percaya diri," ungkapnya.

Dr Willem Theuvenet mengatakan bahwa betul penyakit kusta menular.

"Saya sendiri tertular, yang menulari saya membuat saya tidak pernah berhenti peduli dengan penyakit kusta makanya saya datang kesini dengan biaya sendiri untuk membantu OYPMK.

Dr Willem mengaku mendapat informasi bahwa di Indonesia masih banyak OYPMK yang mengalami disabilitas dan dia bertemu banyak anak muda yang mau dioperasi.

Sementara itu Dr Benny yang bekerja di RSUP Dr Tajuddin Chalid mengatakan sangat bersedia melanjutkan operasi bedah rekonstruksi apalagi dia memiliki basic yang berkaitan dengan operasi seperti itu yaitu sebagai dokter ortopedi.

Meskipun operasi bedah rekonstruksi kembali terbuka pelayanannya, akan tetapi masyarakat perlu tahu bahwa penyakit kusta bisa disembuhkan tanpa mengalami disabilitas yaitu dengan berobat secara dini.

Dengan begitu edukasi tentang kusta harus dilakukan secara berkesinambungan agar masyarakat betul - betul paham tentang kusta.

Di Indonesia kasus kusta masih menjadi penyumbang kusta ketiga tertinggi dunia yaitu 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler