Kisah-kisah pilu Gaza dalam kelaparan dan kematian

- 5 Maret 2024, 11:58 WIB
Seorang anak terlihat menangis di antara kerumunan saat menunggu mendapatkan makanan panas yang didistribusikan oleh badan dan organisasi amal di Kota Gaza, Gaza pada 26 Februari 2024
Seorang anak terlihat menangis di antara kerumunan saat menunggu mendapatkan makanan panas yang didistribusikan oleh badan dan organisasi amal di Kota Gaza, Gaza pada 26 Februari 2024 /ANTARA/ANADOLU

WartaBulukumba.Com - Di setiap fajar yang menyingsing di Gaza, ritual menyayat hati selalu terulang, keluarga-keluarga berkumpul dengan jumlah tersisa bukan untuk menyambut hari baru, melainkan untuk mengantarkan perpisahan yang paling menyedihkan. Mereka memberikan penghormatan terakhir kepada seorang kerabat yang menjadi korban terbaru.

Di sini, di bawah langit Gaza yang dipenuhi suara dentuman, keluarga dan komunitas berkumpul, menggenggam erat tangan satu sama lain, mencari kekuatan dalam kesedihan bersama. Mereka berbagi kenangan, air mata, dan kadang-kadang senyuman pahit atas ironi nasib yang telah menimpa mereka.

Serangan udara dan tindakan brutal pasukan Israel yang tanpa ampun terus menerus menargetkan kawasan-kawasan sipil di Jalur Gaza.

 

Baca Juga: Perlawanan mujahidin Palestina semakin heroik dalam perang di Gaza

Penjajah Israel menembaki warga sipil yang menunggu truk bantuan

Sebuah video yang direkam oleh Quds News Network (QNN) pada Selasa, 5 Maret 2024, mengungkapkan sebuah narasi yang memilukan dari jantung Kota Gaza.

Di sana, ribuan warga sipil yang kelaparan dan kelelahan, terlihat berkerumun di bundaran Al Kuwait. Mereka, dengan harapan yang semakin luntur, menunggu kedatangan tiga truk berisi bantuan.

Namun, tragedi memilukan terjadi ketika pasukan penjajah Israel, tanpa ampun, melepaskan tembakan ke arah mereka yang tak berdaya, sehingga sejumlah warga terkapar di tanah, menyisakan luka dan air mata, banyak yang syahid.

Baca Juga: Tragis! Seorang tentara AS membakar diri di depan Kedubes penjajah Israel sambil teriakkan 'Free Palestine!'

Mahmoud Basal, Juru Bicara Pertahanan Sipil, dengan suara yang bergetar, menuturkan betapa tindakan Zionis tidak hanya kejam tetapi juga terencana—mengincar warga Palestina yang tengah berjuang mempertahankan nyawa. Langkah-langkah pengiriman bantuan, yang penuh dengan pembatasan dan penghinaan, mencerminkan ketidakpedulian terhadap martabat manusia.

Kamera Al Jazeera, dengan mata yang tetap terbuka, merekam pula momen tragis itu. Kamera mereka menangkap bagaimana militer penjajah Israel dengan kejamnya menembaki rakyat yang kelaparan di Gaza, saat mereka, dengan langkah gemetar karena lapar, menuju bundaran Al Kuwait, berharap sekedar mendapatkan sesuap makanan.

Di antara kisah-kisah kelam itu, terdapat cerita Abdul Rahman Al-Dahdouh, seorang lansia Palestina yang meninggal akibat dehidrasi parah dan kekurangan gizi—sekali lagi, sebuah akibat dari kebiadaban penjajah Israel yang tanpa henti menghalangi konvoi makanan ke utara Gaza.

Baca Juga: Kelaparan akut! Terpaksa warga Palestina memakan pakan ternak

Kisah pilu seorang ibu yang kehilangan anak kembarnya

Kesedihan yang tak terperi juga datang dari seorang ibu muda Palestina. Dalam sebuah video yang diunggah oleh QNN, ia, dengan mata yang telah kehilangan kilau, menceritakan kehilangan suami dan anak kembarnya yang belum sempat menghirup udara bebas. Mereka menjadi korban serangan udara penjajah Israel di Rafah.

Perjuangan wanita itu melahirkan di tengah gempuran perang, serta kehilangan anak kembarnya yang telah ditunggu selama sepuluh tahun, adalah gambaran nyata dari tragedi kemanusiaan yang tak terkatakan.

Hal ini secara tragis menyebabkan ribuan anak kehilangan orang tuanya, dan beberapa di antaranya kehilangan seluruh keluarga mereka.

Menurut data Kemenkes Palestina di Gaza, jumlah korban terbaru di Gaza, penjajah  Israel telah menewaskan 13.430 anak-anak dan 8.900 wanita selama 150 hari.

Kota Gaza, dengan luka yang tak kunjung sembuh, terus berduka. Lebih dari 30.500 jiwa telah terenggut.

Dan kini, ancaman serangan terhadap kota Rafah meningkatkan kecemasan, terutama di kalangan lebih dari 1,6 juta pengungsi Palestina yang mencari suaka di sana, setelah terpaksa melarikan diri dari wilayah utara untuk menghindari agresi brutal penjajah Israel.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah