WartaBulukumba.Com - Detak jam mengiris pagi hingga ke malam. Langit Gaza masih terus penuh cahaya yang bukan rembulan, melainkan ledakan bom yang menyasar orang-orang tak bersenjata, warga sipil yang sedang kelaparan.
Perlawanan kokoh oleh para mujahidin Palestina memaksa Batalyon Cadangan ke-753 harus mundur dari Jalur Gaza setelah menderita kerugian besar.
Kota Rafah, yang dikenal sebagai benteng terakhir bagi warga Gaza, menjadi simbol ketabahan dan perlawanan.
Brigade Al Qassam telah menempatkan empat batalyon yang beranggotakan sekitar 3.000 hingga 4.000 mujahidin di kota ini, sebagai garis pertahanan terakhir. Mereka bersiap menghadapi serangan IDF, yang merencanakan perebutan seluruh Jalur Gaza.
Baca Juga: Pasukan penjajah 'Israel' meledakkan bangunan tapi menimpa serdadu mereka sendiri
Pertahanan di Khan Younis
Sementara itu, di Khan Younis, sekitar 10 batalyon dari Brigade Al Qassam berjuang untuk mempertahankan kota.
Mereka, dengan total kekuatan 7.000-9.000 tentara, mengandalkan dukungan dari berbagai brigade seperti Syuhada Al Aqsha, Saraya Al Quds, Omar Al Qasim, Abu Ali Mustafa, dan Nasser Salah Ad Din. Di Abasan Al Kabira, mereka menghadapi pertempuran yang sengit, menunjukkan ketahanan dan keberanian yang luar biasa.
Dalam sebuah tindakan heroik, 1.000 hingga 2.000 anggota Brigade Al Qassam melancarkan serangan balik dari belakang garis musuh.
Baca Juga: Kalah terus melawan mujahidin Palestina, kebiadaban penjajah 'Israel' terhadap warga sipil berlanjut