WartaBulukumba.Com - Menjelma menjadi topik hangat di media sosial, sebuah video yang viral menunjukkan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, beranjak pergi atau 'walk out' dari ruangan saat Duta Besar penjajah 'Israel' untuk PBB, Gilad Erdan, mulai berbicara dalam debat Dewan Keamanan PBB di New York.
Tindakan tersebut, yang terjadi pada Selasa, 23 Januari 2024, menjadi bagian penting dari debat ketiga Dewan Keamanan PBB tentang masalah Palestina yang dijajah Zionis.
Retno Marsudi, sebagai wakil Indonesia, secara konsisten menyuarakan dukungan bagi warga Gaza yang terkena dampak dari aksi genosida Zionis. Di debat terbuka ini, ia kembali menegaskan posisi Indonesia.
Baca Juga: Laut Merah membara: Joe Biden berjanji terus melancarkan serangan terhadap Houthi di Yaman
Gestur Diplomasi yang Berani
Dalam sebuah aksi yang mengejutkan, Menlu Retno bersama beberapa diplomat lainnya memilih untuk meninggalkan ruangan, sebuah tindakan simbolis saat Gilad Erdan memulai pidatonya.
Erdan, dalam pidatonya yang dilansir dari situs web PBB, mengulas kembali penarikan 'Israel' dari Gaza 18 tahun lalu, mendeskripsikan perubahan yang terjadi sejak Hamas mengambil alih.
Ia menyampaikan pandangannya tentang situasi di Gaza dan peran Hamas, menuding mereka sebagai "mesin perang" dan menyoroti risiko eksistensial yang dihadapi 'Israel'.
Baca Juga: Hari ke 105 genosida penjajah 'Israel' di Gaza: Setiap pekan 1 ton bom dijatuhkan Zionis
Konflik Lebih Luas dan Peran Iran
Ia juga menyinggung tentang serangan 7 Oktober 2023 dan menyebut perlunya Hamas menyerahkan pelaku serangan serta mengembalikan para sandera untuk mengakhiri perang.
Erdan juga menekankan peran Iran dalam konflik regional, menunjukkan bukti senjata dan menyebut dampak Iran pada negara-negara lain, termasuk Albania yang mengalami serangan siber.
"Jika Dewan terus mendukung Gaza tanpa mempertimbangkan ancaman Iran, masa depan akan suram," ujarnya.
Video a ksi walk out yang dilakukan Menlu Retno, bukan hanya tentang momen diplomatik, tapi tentang bagaimana sebuah negara mengekspresikan posisi politiknya di kancah global.***