Jurnalis Al Jazeera kritik media Barat terkait perang Rusia-Ukraina

- 26 September 2023, 12:21 WIB
Unit pertahanan udara Rusia menembak jatuh tujuh pesawat tak berawak Ukraina di atas wilayah Belgorod selatan pada hari Senin.
Unit pertahanan udara Rusia menembak jatuh tujuh pesawat tak berawak Ukraina di atas wilayah Belgorod selatan pada hari Senin. /Reuters

WartaBulukumba.Com - Seorang jurnalis perang memberikan gambaran yang akurat tentang kengerian perang antara pasukan Rusia dan Ukraina, meskipun hatinya penuh dengan rasa takut.  Di sekitarnya, letupan senjata dan dentuman artileri terdengar seperti simfoni kehancuran. Dia merayap melalui reruntuhan bangunan yang hancur, puing-puing beton bertebaran di sekitarnya.

Bau asap dan mesiu memenuhi udara, membuatnya sesak napas. Tetapi dia tidak boleh berhenti, karena dia tahu bahwa di tengah kehancuran ini terdapat cerita-cerita yang perlu dikabarkan.

Dia mendekati sekelompok prajurit Ukraina yang sedang berlindung di balik tembok yang rusak. Wajah-wajah mereka penuh dengan keterpaksaan, tetapi juga dengan tekad untuk melawan. Jurnalis itu mendengarkan cerita mereka, merekam suara-suara mereka, dan mencoba menciptakan sebuah gambaran yang jujur tentang apa yang terjadi di sana.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina: Perbatasan baru NATO di Utara untuk menahan laju Moskow

Saat malam tiba, dengan langit masih dipenuhi oleh petir-petir dari ledakan, jurnalis itu duduk di bawah tenda. Dia mengetikkan kata-kata yang dia saksikan dan dengar, mencoba menciptakan sebuah narasi yang akan mengungkapkan keberanian dan pengorbanan orang-orang yang dia temui di medan perang ini.

Namun, apakah semua media Barat jujur menceritakan kepada dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam perang Rusia-Ukraina?

Dalam sorotan Stephanie Vaessen, seorang jurnalis Al Jazeera yang memiliki pengalaman meliput perang Rusia di Ukraina, terungkap sebuah pandangan kritis terhadap media-media Barat dalam konteks perang tersebut. Vaessen mengamati bahwa banyak media Barat tampaknya enggan mengkritik Ukraina, menciptakan kesan solidaritas yang tidak pernah tergoyahkan dalam liputan mereka sejak awal konflik.

Baca Juga: Kegelapan dunia segera tiba? Pasukan Rusia menggali pembangkit nuklir Ukraina, kata saksi mata

Media Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutunya, telah menjadi pendukung setia Ukraina, terus memberikan bantuan militer kepada pemerintah Kyiv. Namun, menurut Vaessen, solidaritas ini tidak selalu menguntungkan.

"Saya sebenarnya tidak terlalu senang dengan cara banyak media Barat sejak awal meliput perang ini karena mereka seperti bekerja sama … yang menurut saya tidak menguntungkan mereka," kata Vaessen dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh FPCI di Jakarta, Senin seperti dilansir Antara.

Meskipun pemerintah Ukraina berharap untuk menjadi bagian dari Uni Eropa dan membangun diri sebagai negara demokratis dengan kebebasan berpendapat, Vaessen berpendapat bahwa kritik konstruktif seharusnya tetap menjadi bagian dari liputan media.

Baca Juga: Barat ketar ketir China bakal bantu Rusia dalam perang di Ukraina

Selain itu, Vaessen juga mengulas tentang kelemahan kebebasan pers di Rusia, terutama dalam konteks perang Rusia-Ukraina. Dia mencatat bahwa para jurnalis yang meliput di Rusia berisiko ditahan atau diusir karena melaporkan perang secara bebas. Hal ini membuat para jurnalis kesulitan untuk menyajikan laporan yang netral.

“Saat ini tidak ada cara untuk mendapatkan laporan yang netral dari Rusia jika Anda berbasis di Rusia. Anda berada dalam banyak ancaman,” ujar Vaessen yang pernah bertugas di Rusia selama setahun.

Di Rusia, Presiden Vladimir Putin pada Maret 2022 memberlakukan aturan yang melarang penyebaran berita bohong, terutama terkait pemberitaan mengenai aksi militer Rusia di Ukraina. Pelanggar aturan ini dapat dihukum dengan penjara maksimal hingga 15 tahun.

Baca Juga: Rusia usulkan 'menggeser' perbatasan Polandia, provokasi perang setelah Ukraina?

Contoh konkret dari tindakan keras terhadap jurnalis asing adalah penahanan Evan Gershkovich, seorang jurnalis dari surat kabar Amerika Serikat The Wall Street Journal. Dia telah ditahan selama enam bulan atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata untuk pemerintah Amerika Serikat, yang berpotensi menghadapkan dirinya pada hukuman maksimal 20 tahun penjara.

Menurut laporan Indeks Kebebasan Pers Dunia oleh Reporters Without Borders (RSF), sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, hampir semua media independen di Rusia telah dilarang, diblokir, atau dinyatakan sebagai “agen asing” atau “organisasi yang tidak diinginkan”. Media-media tersebut juga tunduk pada pengawasan dan sensor militer.

Dalam konteks ini, Vaessen menyoroti perbedaan yang signifikan antara situasi kebebasan pers di Ukraina dan Rusia, yang memengaruhi cara media Barat meliput perang Rusia-Ukraina. Meskipun Ukraina mungkin mendapatkan dukungan media Barat, Vaessen menekankan pentingnya tetap menjaga kritik yang konstruktif dalam cakupan liputan demi memahami situasi yang lebih mendalam.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah