Innalillah cendekiawan dan sastrawan Bulukumba Mochtar Pabottingi meninggal dunia

- 4 Juni 2023, 09:13 WIB
Mochtar Pabottingi
Mochtar Pabottingi /Dok. Dandungbondowoso

Namun banyak orang mengenal ia sebagai seorang peneliti daripada penulis puisi. Mochtar adalah seorang peneliti di bidang perkembangan politik nasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)  dengan jabatan Peneliti Utama dengan fokus kajian Pemikiran Politik dan Kelembagaan Politik.

Lewat buku berjudul Burung-Burung Cakrawala (Gramedia, 2013). Buku autobiografi itu ia tulis sendiri—hal yang memang dilakukan orang semampu, sepatut, dan sebentangan-cakrawala berpikir sekaliber lelaki dari Bulukumba ini.

Burung-Burung Cakrawala (BBC) terdiri dari delapan bab. Tebalnya 386 halaman. Setiap babnya bercerita tahapan kehidupan Mochtar Pabottingi. Isinya  tentang masa kecilnya di sebuah rumah panggung di Desa Barebba, nama kampung di Kabupaten Bulukumba, yang terletak di pinggang pegunungan kawasan Lompobattang.

Baca Juga: Mengenal lebih dalam Dharsyaf Pabottingi, sosok seniman komplit dari Bulukumba

Pada bab lain ia bercerita perihal kepindahan keluarganya ke Makassar pada tahun-tahun akhir dasawarsa 1950. Sayup tertangkap dalam bagian ini narasi tentang kepindahan banyak orang ke Makassar dikarenakan dera perang antara TNI dan DI/TII. Sengketa ini pula menjadi salah satu episentrum pendorong gelombang migrasi orang-orang Sulawesi Selatan ke Makassar maupun ke daerah lain.

Dalam bab ini kita bisa meresapi romantisme keadaan Makassar kala belum menjadi kota semacet sekarang. Lebih dari itu, di sepanjang bab ini banyak informasi bagaimana golak dan didih dunia intelektual di Makassar di kurun waktu 1970-an dan gemanya yang menyentuh kita hingga sekarang.

Bab-bab setelahnya menghikayatkan bagaimana ia menjelma sebagai seekor burung membentangkan sayapnya menuju ufuk-ufuk yang sering dibayangkan oleh Mochtar muda tatkala duduk menghabiskan senja di Pantai Losari tahun 1960-an.

Baca Juga: Prof Dr Mattulada cendekiawan dan tokoh sastra nasional dari Bulukumba dengan karya-karya yang mendunia

Cakrawala pertama adalah Yogyakarta. Mochtar menjejaki Yogya berkat beasiswa dari sebuah perusahaan multinasional. Di sana ia melanjutkan jurusan Sastra Inggris di UGM, yang sebelumnya ia sempat tempuh di Unhas, Makassar. Di sini ia berkarib seraya berguru pada sejumlah nama ‘awam’ di jagat kecendikiawanan Indonesia, seperti Umar Kayam, Kuntowijoyo, WS Rendra, dan lain-lain. Bab ini pun dijuduli “Yogyakarta: Merapat ke Orbit Bintang-Bintang”.

Jakarta lalu menjadi cakrawala kedua yang dijelajahi Pak Mochtar. Ia bertemu lagi Rendra karena kerap tampil berteater di TIM (Taman Ismail Marzuki). Pak Mochtar sering mengunjungi Rendra dan Mas Kunto kala di Yogya, sebagaimana juga ia sowan ke rumah Taufik Ismail dan Sapardi Djoko Damono saat bermukim di Jakarta.

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x