Dalam dirinya tumbuh “dendam”. Dia lalu menulis naskah sendiri, memanggil dan berlatih dengan teman-temannya yang juga mau tapi tidak pernah diajak oleh guru.
Baca Juga: Mochtar Pabottingi, cendekiawan nasional dari Bulukumba dalam sastra dan politik yang holistik
Mereka latihan di berbagai tempat selama sebulan lebih tiap sore, dan akhirnya main di Gedung Wanita Bulukumba.
Prinsipnya: bagus atau tidak, hak penonton. Judulnya Dendam dan Korban, kisah cinta segi tiga yang penuh simbahan darah. Belakangan disadarinya, drama tersebut dipengaruhi oleh drama Ayahku Pulang karya Usmar Ismail yang pernah dia tonton sebelumnya.
Fahmi yang sudah jatuh cinta kepada teater akhirnya memutuskan masuk ISBM (Ikatan Seniman Budayawan Muhammadiyah) Bulukumba. Bermain sebagai Aswad (tokoh pembantu) dalam drama Timadhar karya Mayor (TNI) Yunan Helmy Nasution.
Dalam acara perpisahan saat tamat SMA tahun 1966, main sebagai Amir (tokoh utama) dalam drama Mereka Mulai Menyerang karya Rahman Arge. Sutradaranya, Andi Syafruddin Gani dan M. Arman Yunus, selesai pementasan ketika itu berkata: “Kamu punya bakat main drama.”
Setelah di Makassar diajak main oleh Saleh Mallombasi dalam drama Montserrat (Emmanuel Robles) produksi Teater Makassar, pimpinan produksi Arsal Alhabsi, sutradara Rahman Arge. Latihannya 5 bulan termasuk training centre 1 bulan; general rehearsal 5 Agustus 1970, main 7 sampai 12 Agustus 1970 di Gedung Dewan Kesenian Makassar Jl. Irian 69.
Setelah pementasan, Fahmi mendapatkan honorarium Rp 8.000,-. Fahmi menceritakan sambil tertawa, saat itu ia langsung membeli celana saddle king (ketat, warna merah tua).
Baca Juga: Siapakah pencipta logo Kabupaten Bulukumba?