Sorot matanya tajam namun di balik itu terdapat keramahan yang meruah. Suaranya tegas, kadang meledak-ledak. Seperti itu pula jiwanya dalam berkesenian.
Ia pernah diganjar Celebes Award untuk dedikasinya terhadap teater.
Dinukil dari buku "Inspiring Bulukumba" yang ditulis Alfian Nawawi, penerbit Mafazamedia, tahun 2014, dalam sebuah materi kuliah yang belum tuntas, ia memutuskan untuk mengimbau para mahasiswanya agar datang menonton sebuah pagelaran teater yang saat itu akan disiarkan oleh TVRI Makassar.
Baca Juga: Ikuti Sumpah Pemuda, diam-diam Andi Sultan Daeng Radja berangkat dari Bulukumba ke Batavia
Hal itu untuk membuktikan ucapannya di kelas saat itu, ”Jika Iwan Fals sore ini datang di Karebosi, saya yakin kalian semua akan berbondong-bondong kesana tanpa disuruh. Tapi jika saya menyuruh kalian untuk datang menonton teater, saya tidak yakin separuh kelas akan hadir.”
Dan benar saja, tidak lebih dari separuh kelas yang datang.
Fahmi mengaku bahwa ia main teater pada awalnya karena “dendam”. Tahun 1964 kakak kelasnya di SMA Negeri 198 Bulukumba akan menyelenggarakan acara perpisahan. Salah satu acaranya adalah pementasan drama di bawah bimbingan Pak Emil Agus Kalalo, guru Civicsnya,yang sering menulis naskah dan sutradara di sekolahnya.
Baca Juga: Semasa kecilnya di Kajang Bulukumba Imam Besar Masjid Al Hikmah New York 'hobi berkelahi'
Fahmi yang saat itu masih remaja selalu berdiri di pintu kelas tempat berlatih saban latihan sore hari.
Bukan untuk menonton, melainkan menampakkan diri agar diajak juga main. Tapi sampai latihan terakhir, bahkan sampai pementasan selesai, dia tak pernah ditegur.