Network
WartaBulukumba.Com - Dalam senyap malam hutan tropis, air bergetar adalah tanda kedatangan sang raja, buaya muara. Dari kegelapan, matanya muncul. Kulit bersisiknya berkilau di bawah rembulan. Satu pergerakan ringan saja dan ia lenyap. Spesies buaya ini dapat ditemui di muara sungai atau perairan yang berada dekat dengan laut. Tak heran, mereka juga bermukim di Sungai Pattonga, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba.
Tahukah Anda? Jenis buaya muara memiliki kecerdasan luar biasa. Dia mempelajari kebiasaan gerakan mangsanya lebih dulu sebelum menerkamnya. Diketahui, buaya muara yang memiliki nama ilmiah crocodylus porosus dapat tumbuh 7 hingga 8 meter dengan berat mencapai 200 kg. Tidak hanya hidup di pinggiran sungai saja, buaya muara juga biasa mencari mangsa di pesisir pantai. Begitulah sehingga di wilayah pesisir Bulukumba, Sulsel, predator jenis ini kerap mudah dijumpai warga.
Pada Ahad, 3 September 2023, saat siang terik, seorang warga Kecamatan Herlang bernama Muh. Sain menjadi korban. Dia diterkam buaya saat memasang perangkap ikan dan udang di Sungai Pattonga.
Baca Juga: Arkeolog menemukan rempah-rempah berusia 500 tahun yang terawetkan dengan baik di kapal karam Baltik
Tradisi Crocodylus porosus
Buaya muara lebih suka hidup di daerah muara sungai yang dikelilingi tanaman nipah atau sejenisnya. Tangkai daun tersebut digunakan untuk membuat sarang.
Buaya muara merupakan jenis terganas di antara jenis buaya yang ada di Indonesia. Sifat ganasnya sudah ada sejak baru menetas dari telur. Jenis ini tersebar luar di Indonesia.
Buaya adalah hewan reptil yang hidup di air dan darat. Buaya air tawar, seperti buaya muara dan buaya caiman, umumnya hidup di sungai, danau, rawa, dan lahan basah lainnya.
Buaya air tawar memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat di darat, sehingga mereka dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Baca Juga: Para ilmuwan mengungkap koridor tersembunyi di Piramida Agung Giza
