Baginya, ini adalah hal yang biasa dan bahkan baik untuk syiar Ramadhan, bukan politisasi agama atau politik identitas.
Dalam kesimpulannya, Syukron mendukung gagasan bahwa bakal calon presiden atau wakil presiden lainnya juga melakukan hal serupa. Baginya, ini adalah cara para tokoh publik dapat memberikan contoh pada masyarakat untuk melakukan kebaikan.
Baca Juga: Menakar kekuatan Anies Baswedan: Sejauh mana Cak Imin bisa mendongkrak suara?
"Nanti publik akan menilai dengan sendirinya," ungkapnya.
Namun, perdebatan seputar politik identitas juga muncul dalam konteks ini. Syukron menyebut bahwa politik identitas adalah ketika tempat ibadah digunakan sebagai sarana kampanye, bahkan sebagai alat untuk menyerang dan mencemarkan calon lain.
Sebelumnya, klip azan yang menampilkan Ganjar Pranowo telah menimbulkan persepsi dan dikaitkan dengan politik identitas. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun telah meminta klarifikasi dari stasiun televisi yang menayangkan klip tersebut.
KPI Aliyah mengungkapkan, "Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut dan kami minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan."
Sebuah tanda tanya masih menggantung di udara. Apakah klip azan ini hanya sebagai pesan kebaikan atau ada nuansa politik yang lebih dalam?***