Polemik tayangan azan Ganjar Pranowo, JMM sebut bukan politik identitas, capres lainnya bisa berbuat hal sama

- 12 September 2023, 12:28 WIB
Ganjar Pranowo muncul dalam tayangan azan magrib di salah satu stasiun swasta.
Ganjar Pranowo muncul dalam tayangan azan magrib di salah satu stasiun swasta. /MNC Group/

WartaBulukumba.Com - Suara azan berkumandang, memenuhi ruang yang sepi. Dalam klip video yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta, tampak wajah serius seorang pria yang sangat dikenal, Ganjar Pranowo.

Namun, di tengah klip tersebut, tidak ada atribut politik atau simbol partai yang memadati layar. Suara adzan yang merdu menjadi fokus utama, sementara Ganjar Pranowo hanya berdiri dengan penuh khidmat, mendengarkan panggilan untuk beribadah.

Direktur Eksekutif Jaringan Muslim Madani (JMM), Syukron Jamal, berbicara tentang klip azan yang mendapat perhatian publik. Menurutnya, ini bukanlah politik identitas.

Baca Juga: Cak Imin tidak didukung sepenuhnya oleh warga NU?

"Saya melihat dalam konteks syiar, ajakan untuk sholat itu dari tokoh publik. Itu pesannya baik. Tidak ada ajakan lain. Toh juga sama saja jika video tersebut menampilkan sosok lain di luar Ganjar," jelasnya, dilansir WartaBulukumba.Com dari Antara pada Selasa, 12 September 2023.

Perdebatan seputar klip azan ini mungkin bersifat subjektif, dan Syukron Jamal merasa bahwa persoalan terletak pada penafsiran orang tentang politik simbol. Baginya, klip ini tidak mencerminkan politik identitas karena tidak ada upaya untuk menghubungkan Ganjar Pranowo dengan simbol partai atau atribut politik tertentu.

Lebih lanjut, Syukron Jamal menyoroti pesan yang disampaikan oleh klip azan tersebut. Baginya, pesannya sangat positif, yakni mengajak tokoh publik, termasuk calon pemimpin negara, untuk terus memberi contoh dan mengajak masyarakat pada kebaikan, khususnya dalam beribadah. "Itu baik, karena ajakan untuk taat beribadah," ujarnya.

Baca Juga: Antara jurnalis online dan kaderisasi partai politik yang sehat: Pakar ungkap keterkaitannya

Syukron juga memberikan contoh adanya tayangan di televisi yang menampilkan sosok bacapres Anies Baswedan dan tokoh politik lain menjelang waktu berbuka puasa beberapa waktu lalu.

Baginya, ini adalah hal yang biasa dan bahkan baik untuk syiar Ramadhan, bukan politisasi agama atau politik identitas.

Dalam kesimpulannya, Syukron mendukung gagasan bahwa bakal calon presiden atau wakil presiden lainnya juga melakukan hal serupa. Baginya, ini adalah cara para tokoh publik dapat memberikan contoh pada masyarakat untuk melakukan kebaikan.

Baca Juga: Menakar kekuatan Anies Baswedan: Sejauh mana Cak Imin bisa mendongkrak suara?

"Nanti publik akan menilai dengan sendirinya," ungkapnya.

Namun, perdebatan seputar politik identitas juga muncul dalam konteks ini. Syukron menyebut bahwa politik identitas adalah ketika tempat ibadah digunakan sebagai sarana kampanye, bahkan sebagai alat untuk menyerang dan mencemarkan calon lain.

Sebelumnya, klip azan yang menampilkan Ganjar Pranowo telah menimbulkan persepsi dan dikaitkan dengan politik identitas. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun telah meminta klarifikasi dari stasiun televisi yang menayangkan klip tersebut.

KPI Aliyah mengungkapkan, "Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut dan kami minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan."

Sebuah tanda tanya masih menggantung di udara. Apakah klip azan ini hanya sebagai pesan kebaikan atau ada nuansa politik yang lebih dalam?***

Editor: Muhlis

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah