"Untuk posisi Wapres di koalisi perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yg lain," ujar Sitindaon, memberikan isyarat kuat bahwa Yenny Wahid mungkin lebih sesuai di panggung lain yang lebih selaras dengan pandangan politiknya.
"Cawapres perubahan ini memang yg selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu," imbuhnya.
Namun, seperti dua mata uang yang berbeda, pandangan Sitindaon bertabrakan dengan aspirasi dari pihak lain.
NasDem, salah satu kekuatan dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), memberikan dukungan terang-terangan terhadap Yenny Wahid sebagai Cawapres.
Effendy Choirie alias Gus Choi, Ketua DPP NasDem mengurai pasangan Anies Baswedan-Yenny Wahid adalah representasi Islam kota (modern) dan Islam kultural (nahdliyin), laki-perempuan, muda-mudi.
"Keduanya terpelajar, keduanya cucu pahlawan nasional," jelasnya.
Baca Juga: Rizal Ramli sebut model pembangunan infrastruktur Presiden Jokowi mengajak bangkrut
Dalam pandangannya, Yenny dan Anies telah menjadi tokoh yang menggambarkan keberagaman dan keunggulan bangsa.
Namun, pertentangan pendapat ini tak hanya mengenai individu semata. Ia juga membawa kita memasuki arena peperangan ideologis yang mendalam, di mana dinamika politik dan nilai-nilai perubahan saling berhadapan.