Pancasila sebagai hikmah ada dalam Al Quran

- 9 Mei 2022, 12:06 WIB
Lambang Negara, Garuda Pancasila
Lambang Negara, Garuda Pancasila /BPIP

Lalu Ali Wardi menguraikan secara luas alasan dari pernyataan itu.

Yang membuat umat Islam tetap mendukung dan bertahan sedemikian lama dalam ranah Indonesia ini adalah harapan. Ia ada dalam Pancasila, Piagam sekaligus dasar berdirinya negeri ini.

Harapan itu adalah Pancasila, sebuah dunia cita dalam pandangan dan visi para ulama pendiri negeri yang teramat luas ini.

Baca Juga: Dasar Negara Pancasila dan Islam dalam pemikiran Mohammad Natsir

Bukan Pancasila sembarangan, yang ditafsirkan secara liar oleh oknum tertentu dengan alat  politik dan kekuasaan. Pancasila yang terpola oleh residu peradaban kolonial, yang secara “semena-mena” ditunggangi kaum Nasionalis sekuler. Mereka yang diuntungkan oleh irama gendang sehingga sejak awal selalu dominan di tampuk kekuasaan.

Nasionalis sekuler sebenarnya hanya kaum minoritas yang sudah ter/didesain dan di di/terfasilitasi oleh sistem peninggalan yang harusnya sistem itu dibuang ke laut bersamaan perginya bangsa kolonial.

Mereka sesungguhnya adalah agen-agen peninggalan penjajah, agen peradaban barat yang berasal dari anak-anak negeri yang terpapar ideologi penjajah. Residu-residu yang “gagal” dimurnikan seiring moment kemerdekaan bangsa ini.

Bangsa ini selalu kalah dan terpecah belah oleh permainan politik tidak fair akibat mengikuti pola dan sistem peninggalan penjajah. Sesuatu yang menjadi benalu dan penyakit bangsa ini. Kita sejak lama menari diatas irama gendang mereka.

Harapan yang tenggelam oleh berjuta narasi yang diproduksi dalam berbagai bentuk, sekali lagi oleh pola yang sama dari “irama gendang” tadi.

Ketika menghayati dinamika sejarah dengan berbekal khasanah batin dan akal seorang muslim, jika menukikkan pandang kepada piagam tadi maka dengan jernih dan utuh kita bisa melihat harapan itu. Ia masih ada dan masih di tempatnya semula. Ialah Pantjasila itoe, belahan yang sesungguhnya masih sangat bernilai dari landasan induknya, Piagam Djakarta.

Dari kalimat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan Kebijaksanaan” maka terdapat aspek pemahaman yang selama ini dibaikan atau dengan ungkapan lain  terpendam dari orde ke orde, dari penguasa demi penguasa yang bercokol di negeri ini.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x