Menghitung umur umat Islam di dunia! Benarkah hanya 1500 tahun?

- 3 Januari 2024, 13:05 WIB
Ilustrasi tank Merkava 'Israel' yang meledak dihancurkan pasukan Hamas dalam perang di Gaza - Berapa umur umat Islam di dunia? Benarkah hanya 1500 tahun?
Ilustrasi tank Merkava 'Israel' yang meledak dihancurkan pasukan Hamas dalam perang di Gaza - Berapa umur umat Islam di dunia? Benarkah hanya 1500 tahun? /WartaBulukumba.Com

Baca Juga: Fenomenal secara global! Siapakah sebenarnya Abu Ubaidah?

Imam Ibnu Hajar, dalam "Fathul Baari," menginterpretasikan hadits ini sebagai isyarat bahwa umat Islam akan bertahan lebih dari seribu tahun, dengan durasi yang setara dengan gabungan umat Yahudi dan Nasrani.

Tidak hanya soal durasi umat, diskusi ini juga menyentuh prediksi tentang kedatangan Isa Al-Masih di akhir zaman, yang menurut beberapa riwayat akan hidup selama 40 tahun di Bumi sebelum hari kiamat.

Perlu dicatat, pandangan ini bukan tanpa sanggahan. Para ulama menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut lebih merupakan perumpamaan dan bukan penegasan literal tentang umur umat Islam. Ibnu Rajab Al-Hanbali, misalnya, menekankan bahwa perumpamaan dalam hadits seringkali bersifat simbolik dan tidak selalu mencerminkan realitas fisik.

Dalam konteks yang lebih luas, diskusi ini mengundang refleksi tentang perjalanan dan masa depan umat Islam. Dari zaman kenabian, khilafah, hingga era modern, umat Islam telah mengalami berbagai fase perubahan dan tantangan.

Baca Juga: Menyibak hubungan Illuminati dan Zionis: Kuil Solomon digali di bawah Masjid Al Aqsa untuk menyambut Dajjal?

Penjelasan Imam Bukhari

Dalam Shahih–nya, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu.

Terjemahan bebas hadits ini ialah: “Perumpamaan eksistensi kalian (umat Islam) dibanding umat-umat sebelum kalian ialah seperti waktu antara salat asar hingga tenggelam matahari. Ahli Taurat (Yahudi) diberi kitab Taurat, lalu beramal sehingga tatkala mencapai tengah hari (zuhur) mereka tak sanggup lagi beramal, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian ahli Injil (Nasrani) diberi Injil, lalu beramal hingga masuk waktu salat asar, lalu tidak sanggup melanjutkan, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian kita diberi Al–Qur’an, dan kita beramal (dari asar) hingga tenggelam matahari, dan kita diberi pahala dua qirat-dua qirat. Maka, kedua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) bertanya, ‘Wahai Rabb kami, (mengapa) Engkau beri mereka (muslimin) pahala dua qirat, dan kami (hanya) satu qirat, padahal kami lebih banyak amalnya?’ ‘Apakah Aku mengurangi pahala (yang kujanjikan) bagi kalian?’ tanya Allah. ‘Tidak,’ jawab mereka. ‘Itulah keutamaan yang kuberikan kepada siapa yang kukehendaki,’ jawab Allah.”

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al–Asy’ari, bahwa Rasululla SAW bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum muslimin, Yahudi, dan Nasrani ialah seperti seseorang yang menyewa suatu kaum agar bekerja hingga malam. Maka kaum tersebut bekerja hingga tengah hari dan mengatakan, ‘Kami tak butuh kepada upahmu.’ Lalu, orang tersebut mengupah kaum lainnya dan berkata, ‘Lanjutkanlah waktu yang tersisa dari hari ini dan kalian akan mendapat upah yang kusyaratkan.’ Maka, mereka pun bekerja hingga tiba waktu salat asar dan berkata, ‘Jerih payah kami untukmu (tidak minta upah).’ Kemudian, orang tersebut menyewa kaum lainnya dan kaum tersebut bekerja mengisi sisa waktu hari itu hingga tenggelam matahari dan mereka mendapat upah sebanyak upah kedua kaum sebelumnya.”

Artinya, walau tempo kerja mereka paling singkat, namun upahnya setara dengan upah yang disyaratkan bagi kedua kaum sebelum mereka, yang bekerja dari pagi hingga sore.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah