Ketika Ki Hajar Dewantara menulis esai ngeri-ngeri sedap 'Seandainya Aku Seorang Belanda'

- 8 November 2021, 18:08 WIB
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara /Foto dokumen LP3M Yogyakarta

Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.

Akibat tulisan itulah Soewardi ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka. Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.

Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

Baca Juga: Mengulik fakta sejarah Fatmawati Soekarno dan hubungannya dengan pergerakan Muhammadiyah

Artikel lainnya yang ditulis Soewardi yang juga populer berjudul "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga"

Sejumlah buku mengurai kisah dan perjuangan Ki Hajar Dewantara, salah satunya buku berjudul "Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern" yang ditulis oleh Abdurrachman Surjomihardjo, penerbit  Sinar Harapn, tahun 1986.

Soewardi muda sempat bersekolah di sekolah dokter Batavia (STOVIA), namun tidak sampai tamat karena kondisinya yang sakit-sakitan.

Ia kemudian bekerja sebagai jurnalis di beberapa surat kabar seperti Oetoesan Hindia dan Kaoem Moeda.

Baca Juga: Inilah sosok 9 Istri Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Selain menulis, ia juga aktif berorganisasi. Pada tahun 1912, Soewardi bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo mendirikan partai politik pertama di Hindia Belanda, Indische Partij, untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah