Misteri peradaban maju Tartarian! Benarkah sejarah mereka sengaja dihapus oleh elit global?

12 Maret 2023, 18:43 WIB
Salah satu foto yangberedar di media sosial yang diklaim sebagai salahsatu hasil teknologi canggih peradaban Tartarian. /SnackVideo/@TangguhS

WartaBulukumba - Apa yang Anda bayangkan jika ternyata pernah ada sebuah peradaban yang sangat maju di masa lalu namun terhapus atau 'sengaja dihapus' dalam sejarah dunia? Di sana ada listrik nirkabel gratis hingga kendaraan terbang di mana semua orang tidak perlu bayar listrik! Anda mungkin pernah mendengar Tartaria, Tartarian, Tartarus atau Tartary?

Tartarian dan semua misteri yang menyertainya tetiba kembali muncul di hari-hari ini saat perang Rusia-Ukraina semakin memuncak hebat. Tartarian 'muncul' begitu berbeda dengan Atlantis, Lemurian hingga bangsa Nisnas yang pada satu sisi lebih sering dikaitkan dengan legenda. salah satu yang mencolok adalah karena isu Tartarian menggenapi berbagai diskusi ilmiah yang penting dan tidak tabu.

Berbagai narasi menyebutkan peradaban Tartaria memiliki teknologi yang sangat maju, seperti pembangkit listrik nirkabel, kendaraan terbang, dan sistem transportasi yang efisien, yang sangat jauh lebih maju dari teknologi saat ini

Baca Juga: Alien dan UFO pada sejumlah uang kuno di dunia! Sisa peradaban bangsa Nisnas?

Tartarian dalam berbagai diskursus yang tentu saja diwarnai pro kontra disebut-sebut sebagai sebuah peradaban dengan teknologi yang melampaui teknologi saat ini, yang pernah ada di wilayah Rusia di masa lalu. Benarkah? 

Sebuah buku yang sangat terkenal di dunia berjudul "The One World Tartarians - The Greatest Civilization Ever To Be Erased From History", ditulis James Lee, diterbitkan Amazon Digital Services LLC - KDP Print US pada 2020, bisa menjadi buku sejarah revisionis terbesar yang pernah ditulis di zaman modern hingga saat ini.

Disebutkan dalam buku itu bahwa ada kebohongan terbesar tentang sejarah dunia kita bersama. Peradaban Tartaria dijelaskan mencakup sebagian besar dunia yang kita kenal sekarang. Dari Rusia ke Cina ke Afrika ke India ke Australia dan Selandia Baru ke Amerika Utara dan Selatan.

Baca Juga: Ammatoa Kajang di Bulukumba sudah mempraktikkan demokrasi Pancasila jauh sebelum NKRI berdiri

Ada yang tersapu dari buku-buku sejarah modern dan kemungkinan besar dihancurkan pada abad ke-19 hingga ke-20 bersama dengan banyak bangunannya yang menakjubkan. Ada banyak dokumen yang membuktikan bahwa ada juga makhluk raksasa di antara mereka. Orang-orang Tartarian dihancurkan oleh teknologi canggih yang sama yang mengendalikan cuaca kita, banjir, bom api, gempa bumi, dan kemungkinan senjata energi terarah yang digunakan untuk melawan mereka dan banyak tulang mereka terkubur di bawah tanah.

Untuk membantu memahami penjelasan versi paling misterius itu, bisa juga kita memulai dari buku berjudul "The Lost Civilizations of the Stone Age" yang ditulis Richard Rudgley, diterbitkan Free Press pada tahun 2000. Buku itu bisa sedikit mengubah cara pandang kita terhadap zaman batu. Bagaimana penemuan arkeologi justru mengungkapkan hal-hal baru yang bisa merekonstruksi ulang sejarah.

Lantas bagaimana Tartarian menghilang dari peta dunia pada abad ke-18? Dan mengapa pemalsuan total sejarah dunia menjadi mungkin?

 

Baca Juga: Inilah berbagai kedahsyatan puasa menurut para ilmuwan, salah satunya memperlambat proses penuaan

Situs Realnoevremya pada 1 Februari 2027 memberitakan Vladimir Putin bertemu dengan mantan Presiden Tatarstan, untuk memberinya hadiah yakni peta Tartarian atau peta Tartarus, yang dibuat oleh kartografer Belanda abad ketujuh belas Willem Blau.

Dalam sebuah diskusi di jejaring Reddit,  sebuah postingan di tahun yang sama mempertanyakan apa pentingnya hadiah Putin, para pengamat bertanya-tanya. 

Pada peta berbingkai emas yang diberikan kepada Shaimiev, wilayah Eurasia timur laut dari Volga dan Laut Kaspia dari barat hingga samudra timur adalah milik Tartarus. Pada saat yang sama, negara-negara Siberia, Asia Tengah, dan Timur Jauh terbukti berada di bawah kendali penginapan besar.

Peta itu juga menunjukkan perbatasan Tartarus, silsilah kuil besar Han di Chingiz, serta Tartary Kecil (Krimea), Tartarus Besar atau Asia, Tartaria, Gurun Tartarus, Chagataisky ulus, Turkestan, Kerajaan Cina dan Tartarus Tua.

Baca Juga: Penculikan anak terkait dengan perdagangan manusia, bisnis organ dalam dan ritual pemujaan setan?

Laman Britannica.com juga pernah mengulas Tartaria sebagai sebuah negara yang sangat besar: “Tartaria, sebuah negara besar di Asia utara, berbatasan dengan Siberia di utara dan barat, disebut Tartarus Agung. Orang Tartar yang tinggal di selatan Moskow dan Siberia disebut Astrakhan, Cherkask, dan Dagestan, yang tinggal di Laut Kaspia barat laut disebut Tatar Kalmyk dan menempati wilayah antara Siberia dan Laut Kaspia; Tatar dan Mongol Uzbekistan, yang tinggal di utara Persia dan India, dan akhirnya orang Tibet, yang tinggal di Cina barat laut. ”

Ada pula sebuah artikel menarik yang ditulis Zach Mortice di situs Bloomberg berjudul "Inside the ‘Tartarian Empire,’ the QAnon of Architecture" pada 27 April 2021, mengulas tentang kota-kota Amerika pada abad ke-19 sering kaya dengan apropriasi Tartarian, terutama permukiman muda di Barat.

Di sana ada struktur publik yang megah tampaknya muncul dari hutan belantara, dikelilingi oleh gubuk kayu dan jalan berlumpur. Gedung DPR negara bagian dan balai kota sering dianggap sebagai istana Tartaria kuno daripada bangunan kota Zaman Emas. 

Baca Juga: Siapakah penemu mobil listrik pertama di dunia, Robert Anderson ataukah Ferdinand Porsche?

Zach Mortice menuliskan bahwa lingkungan Tartarian adalah media yang sangat visual, sibuk dengan riffing pada foto dan peta, memilih ketidakkonsistenan yang tampak dan membuat dugaan satu kali alih-alih menyatukan garis waktu yang komprehensif.

Teori ini sangat ringan dalam alasan mengapa dan bagaimana penyamaran terbesar dalam sejarah dilakukan, tetapi teori ini menawarkan beberapa pilihan tentang bagaimana Tartaria dihapus dari sejarah.

Banyak yang mengatakan bahwa banjir lumpur apokaliptik mengubur bangunan-bangunan besarnya; beberapa menyarankan penggunaan persenjataan berteknologi tinggi untuk secara taktis menghapus infrastruktur Tartarian.

Baca Juga: Seteguk dari sejarah kopi yang dimulai dari Ethiopia dan kedai kopi pertama di dunia, Kiva Han

Tema yang konsisten adalah bahwa peperangan adalah dalih yang sering digunakan untuk menghapus jejak peradaban Tartarian yang masih ada, dengan dua perang dunia pada abad ke-20 menyelesaikan pekerjaan yang mungkin dimulai dengan invasi Napoleon ke Rusia.

Teori Konspirasi

Menelusuri misteri Tartaria tentu saja sangat sah dalam ruang saintifik jika dimulai dari teori konspirasi.

Sebagaimana jika kita menelusuri fakta peristiwa yang awalnya hanya dianggap legenda, semisal cerita-cerita rakyat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Baca Juga: Ghazwatul Hind berdasarkan Nubuwah Rasulullah SAW adalah gerbang Perang Dunia 3?

Teori konspirasi berkutat tentang peradaban Tartaria yang berkembang di Eurasia, terutama di wilayah Rusia, pada masa lalu yang disebut Tartaria, tetapi kemudian dihapus dari sejarah oleh kekuatan-kekuatan yang tidak diketahui.

Orang-orang menyebut 'elit global', sebuah kelompok yang memegang kendali penuh terhadap negara-negara di dunia, mulai sistem keuangan hingga sistem politik.

Teori ini menyebutkan bahwa peradaban Tartaria memiliki teknologi yang sangat maju, seperti pembangkit listrik nirkabel, kendaraan terbang, dan sistem transportasi yang efisien, yang sangat jauh lebih maju dari teknologi saat ini.

Namun, keberadaan peradaban ini dihapus dari catatan sejarah oleh pihak-pihak yang disebut sebagai "elit global" yang menguasai dunia saat ini.

Teori konspirasi ini umumnya didasarkan pada interpretasi selektif dari beberapa sumber sejarah dan bukti arkeologi yang tidak dapat diverifikasi. Beberapa pendukung teori ini mengklaim bahwa keberadaan Tartaria dihapus dari sejarah oleh kekuatan-kekuatan besar seperti Freemasonry, Illuminati, atau kelompok-kelompok lain yang berkuasa secara global.

Namun sejauh ini, teori konspirasi tentang peradaban Tartaria ini tidak didukung oleh mayoritas akademisi dan peneliti sejarah.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler