Penculikan anak terkait dengan perdagangan manusia, bisnis organ dalam dan ritual pemujaan setan?

- 17 Januari 2023, 20:09 WIB
Ilustrasi penculikan anak.
Ilustrasi penculikan anak. /Pixabay/PublicDomainPictures

WartaBulukumba - Kasus penculikan anak selalu dikaitkan dengan perdagangan manusia, bisnis organ dalam hingga pemujaan setan!

Anak rawan, istilah untuk menyebut anak yang karena tekanan kondisi atau kultural tidak terpenuhi atau dilanggar hak-haknya, harus diakui masih belum sepopuler isu mengenai kemiskinan atau perempuan atau gender. Kasus-kasus penculikan anak pun kerap luput dari 'list trending' lantaran sebagian orang trauma pada 'aroma hoaks'.

Belakangan ini berbagai kasus yang berkaitan dengan penculikan anak, pekerja anak di bawah umur, pelacuran anak, perdagangan anak, anak jalanan, dan lain sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kasus insidental, tetapi sudah menjadi sebuah fenomena sosial yang membutuhkan perhatian khusus dan mendapatkan perhatian luas dari masyarakat internasional.

Baca Juga: Ammatoa Kajang di Bulukumba sudah mempraktikkan demokrasi Pancasila jauh sebelum NKRI berdiri

Dalam kasus penculikan dan perdagangan anak yang pernah terjadi di Tanah Air, motif pelaku melakukan penculikan anak relatif beragam.

Penjelasan soal ini bisa ditelusuri dalam buku berjudul "Sosiologi Anak"  yang ditulis oleh Prof. Dr. Bagong Suyanto, diterbitkan penerbit Kencana pada tahun 2019. 

Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengusulkan agar diadakan simulasi penculikan anak di sekolah. Melalui simulasi, anak-anak diberi informasi pola atau modus penculikan.

Penjelasan soal itu bisa kita telusuri dalam buku "Kembalikan Anakku!: Belajar dari Kasus Penculikan Raisah Ali" yang ditulis oleh Hermawan Aksan, penerbit Mizania, tahun 2007.

Baca Juga: Bupati Bulukumba sebut masih ada ASN bekerja setengah hati! Begini kata para ahli

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x