WartaBulukumba - Kue bulan meruah setiap musim gugur tiba dan orang-orang Tiongkok mengenalnya sebagai kudapan yang lekat dengan Dewa Bumi.
Pada zaman Tiongkok kuno, kue bulan dijadikan sebagai sesaji kepada leluhur di musim gugur saat masa panen, salah satu bagian penting dari kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural.
Ada beberapa legenda menyebutkan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming. Namun dalam beberapa catatan sejarah juga disebutkan kue bulan telah ada pada awal pada zaman Dinasti Song.
Baca Juga: 5 kuliner khas Betawi di Jakarta, yang mana favorit Anda?
Perubahan dan geliat zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur menjadi penganan dan hadiah. Namun tetap tidak lepas dari nuansa perayaan festival musim gugur.
WBlovers ingin kepoin dan praktikkan resep kue bulan? Yuk simak resepnya berikut ini:
Bahan-bahan:
180 gram terigu
125 gram sirup
1/2 sendok air abu atau garam
1/8 biji air lemon
kuning telur
Baca Juga: Resep es daluman khas Bali
Cara membuat:
Campurkan siru, garam, air lemon, dan kuning telur. Masukkan terigu. Silakan diaduk hingga merata.
Diamkan sekitar 5 jam dalam wadah plastik tertutup. Kemudian ambil adonan kulit yang telah disiapkan sebelumnya. Silakan diisi dengan lotus dan kuning telur.
Baluri dengan terigu, tipis-tipis saja. Kemudian panggang dalam oven selama 15 menit. Baluri dengan kuning telur. Panggang kembali dalam oven.
Baca Juga: Resep es tambring khas Bali
Dinginkan sesuai suhu ruangan. Setelah dingin maka saatnya kue bulan disajikan dan dinikmati bersama keluarga.
Cukup mudah kan, WBlovers?
Pada zaman dahulu para petani Tiongkok kuno menggunakan kudapan ini sebagai sesaji kepada Dewa Bumi.
Dengan menyantap kue bulan ini merupakan suatu tanda rasa syukur karena telah diberikan hasil bumi yang melimpah dari Dewa Bumi, sekaligus sebagai permohonan musim berikutnya akan lebih makmur kembali.
WBlovers tahu nggak nama asli kue bulan dalam Bahasa Hokkian? Namanya yaitu gwee pia atau tiong chiu pia.***