Penyebab air ketuban terlalu banyak belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan polihidramnion, di antaranya kelainan bawaan pada janin, seperti ketidakmampuan janin menelan air ketuban dan membuangnya.
Ibu hamil menderita penyakit diabetes, termasuk diabetes qestasional. Hal lainnya karena kondisi hamil kembar yang disertai dengan sindrom transfusi kembar ke kembar.
Rhesus darah antara ibu dan janin berbeda atau inkomatibilitas rhesus. Infeksi dalam kehamilan serta masalah pada jantung bayi, seperti kelainan jantung bawaan, juga menjadi faktor penyebabnya.
Baca Juga: Beragam manfaat berenang saat hamil, simak panduannya
Polihidramnion dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi lahir prematur dan ibu hamil mengalami perdarahan setelah melahirkan. Karena itu, ibu hamil penting melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin guna mendeteksi sejak dini risiko terjadinya polihidramnion.
Air ketuban terlalu sedikit
Oligohidramnion atau air ketuban terlalu sedikit lebih rentan terjadi pada trimester akhir kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor, misalnya, komplikasi kehamilan, seperti hipertensi, dehidrasi,preeklamsia, dan diabetes.
Kehamilan lewat bulan atau usia kehamilan melebihi 42 minggu, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti angiotensin-converting enzyme (ACE).
Baca Juga: Ternyata menari sangat bermanfaat saat hamil, ini penjelasannya
faktor lainnya adalah solusio plasenta, selaput ketuban pecah dan juga masalah pada janin, seperti kelainan genetik.
Melalui pemeriksaan volume air ketuban menggunakan USG, oligohidramnion dapat diketahui. Jika ibu hamil didiagnosis mengalami oligohidramnion, dianjurkan untuk minum air putih lebih banyak, terlebih bila disertai dengan gejaladehidrasi.