Peneliti Jerman temukan kasus pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson

- 27 Mei 2021, 17:43 WIB
Ilustrasi penelitian virus Covid-19 di laboratorium.
Ilustrasi penelitian virus Covid-19 di laboratorium. /Pexels/Polina Tankilevitch

WartaBulukumba -  Virus dingin yang digunakan untuk mengirimkan bahan vaksin, mengirimkan sebagian muatannya ke dalam inti sel, tempat beberapa instruksi untuk membuat protein virus corona. 

Laboratorium di Jerman itu lalu menemukan ada kaitan antara virus flu yang digunakan untuk mengirimkan vaksin Covid-19 dengan risiko pembekuan darah yang langka.

Peneliti Jerman pada hari Rabu 26 Mei 2021 mengatakan bahwa berdasarkan penelitian laboratorium, mereka yakin telah menemukan penyebab peristiwa pembekuan darah yang langka namun serius di antara beberapa orang yang menerima vaksin Covid-19 yang dibuat oleh AstraZeneca Plc (AZN.L) dan Johnson & Johnson (JNJ). 

Baca Juga: Habib Rizieq hanya didenda Rp20 juta dalam kasus kerumunan

Dilansir WartaBulukumba.com dari Reuters, Kamis 27 Mei 2021, para peneliti dalam sebuah studi yang belum ditinjau oleh para ahli, mengatakan vaksin Covid-19 yang menggunakan vektor adenovirus, protein yang dihasilkan berpotensi memicu gangguan pembekuan darah pada sejumlah kecil penerima.

Ilmuwan dan regulator obat AS dan Eropa telah mencari penjelasan tentang apa yang menyebabkan pembekuan langka namun berpotensi mematikan disertai dengan jumlah trombosit darah yang rendah, yang telah menyebabkan beberapa negara menghentikan atau membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca dan J&J.

Johnson & Johnson, dalam sebuah pernyataan email mengatakan: "Kami mendukung penelitian dan analisis lanjutan dari peristiwa langka ini saat kami bekerja dengan ahli medis dan otoritas kesehatan global. Kami berharap dapat meninjau dan berbagi data saat tersedia."

Baca Juga: Turnamen Free Fire, kolaborasi Dragon Force dengan Kedai Kopi Litera untuk penggalangan dana literasi

Para peneliti di Goethe-University of Frankfurt dan situs lain menjelaskan dalam makalah mereka bahwa vaksin menggunakan teknologi berbeda yang dikenal sebagai messenger RNA (mRNA), seperti yang dikembangkan oleh BioNTech SE dengan mitra Pfizer Inc (PFE.N) dan Moderna Inc mengirimkan materi genetik dari protein lonjakan virus corona hanya ke cairan yang ditemukan di dalam sel, bukan ke inti sel.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah