Varian Delta dari India, begini penjelasan ilmuwan

14 Juni 2021, 16:18 WIB
Ilustrasi Covid-19 varian India atau Delta yang kini menyebar di Kudus dan membuat RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang memperketat perawatan pasien Covid-19 asal Kudus //Pixabay

WartaBulukumba - Mata dunia kembali tertuju kepada India namun tidak dapat menembus pergerakan makhluk renik tak kasat mata dalam berbagai varian barunya.

Wabah besar dalam bentuk tsunami Covid-19 di negeri Sungai Gangga itu memenuhi pemberitaan internasional sejak dua bulan terakhir.

Teranyar di Indonesia, varian baru virus yang diduga berasal dari India kini menyampir ke Kudus.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kepada wartawan mengaku curiga virus corona varian baru itu telah memasuki sejumlah daerah di Jawa Tengah.

Ganjar Pranowo mengimbau dengan sangat kepada seluruh warga Jawa Tengah untuk lebih menerapkan protokol kesehatan dan tidak mudah membuka masker.

Baca Juga: Skotlandia vs Ceko, prediksi dan Link Live Streaming

Varian virus corona B.1.617.2 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.

Varian Delta ini telah merebak sedikitnya di 62 negara termasuk Indonesia.

Dikutip dari nymag.com, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini adalah varian paling menular yang memantik gelombang pandemi di berbagai negara.

Varian ini sekarang telah menjadi jenis yang dominan di Inggris, bertanggung jawab atas sekitar 60% kasus baru.

Baca Juga: Nama Ganjar Pranowo merangsek naik dalam survei SMRC untuk Pilpres 2024

Seperti diikutip dari NBC Boston, kepala penasihat medis Gedung Putih Dr Anthony Fauci mengatakan bahwa varian ini lebih umum daripada strain Alpha, sebelumnya disebut strain B.1.1.7, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, dan penularan memuncak pada orang antara usia 12 dan 20.

Kasus paling parah yang melibatkan varian Delta tampaknya terjadi pada orang yang tidak divaksinasi atau mereka yang hanya divaksinasi sebagian, kata Dr. Scott Gottlieb.

Dikutip dari ndtv.com, para ilmuwan dari India menyebut bahwa, varian Delta 50 persen lebih ganas menular dibanding varian Alpha atau varian pertama virus corona.

Meski begitu para ilmuwan mengatakan belum ada bukti Varian Delta dapat menyebabkan banyak kematian atau tingkat keparahan kasus yang lebih besar.

Baca Juga: Jejak digital Anji di Twitter soal narkoba, netizen curiga dia sudah memakai ganja sejak 2013

Sementara itu, Inggris kini menjadi salah satu negara yang didominasi oleh varian Delta.

Berdasarlan data terbaru Inggris, menunjukkan orang lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit ketika terinfeksi dengan varian Delta, dibandingkan dengan varian Alpha.

"Anda dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit jika Anda memiliki varian itu dan 1,6 kali lebih mungkin berada di unit gawat darurat dalam waktu dua minggu setelah mengalami infeksi," kata Epidemiolog Universitas Deakin, Chaterine Bennett.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler