Bayi-bayi malnutrisi di Gaza bahkan tak punya lagi 'energi untuk menangis'

- 19 Maret 2024, 20:02 WIB
Seorang bayi di Gaza Palestina yang selamat dari gempuran penjajah Israel
Seorang bayi di Gaza Palestina yang selamat dari gempuran penjajah Israel /Instagram.com/@dale_tu_estilo1

WartaBulukumba.Com - Di sudut gelap kota Gaza, di bawah langit yang terengah-engah oleh kepedihan, bayi-bayi Palestina yang lemah dan rentan, terbaring tanpa daya. Mata yang lapar akan kehangatan, menatap kosong ke langit, mencari cahaya.

UNICEF mengatakan pada hari Ahad bahwa lebih dari 13.000 anak telah tewas di Gaza selama serangan Israel Penjajah, dengan banyak anak mengalami malnutrisi parah dan bahkan tidak memiliki "energi untuk menangis."

Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, tidak memberikan sumber untuk angka kematian anak tersebut selama wawancara dengan CBS News.

Baca Juga: Semakin banyak anak-anak Palestina yang meninggal karena kelaparan

Ketika ditanya apakah Russell merujuk pada perkiraan lembaganya sendiri atau mengacu pada laporan dari otoritas di Gaza yang dikuasai Hamas, juru bicara UNICEF menunjuk pada pernyataan pers oleh lembaga anak-anak PBB yang menyalahkan angka tersebut pada kementerian kesehatan Gaza.

"Ribuan lagi telah terluka atau kita bahkan tidak dapat menentukan di mana mereka berada. Mereka mungkin terjebak di bawah puing-puing ... Kami tidak pernah melihat tingkat kematian anak dalam hampir konflik manapun di dunia lain," kata Russell kepada program "Face the Nation" CBS News, seperti dikutip Reuters pada Selasa, 19 Maret 2024.

"Saya telah berada di ruang rawat anak-anak yang menderita anemia malnutrisi parah, seluruh ruangan benar-benar sepi. Karena anak-anak, bayi-bayi ... bahkan tidak memiliki energi untuk menangis."

Baca Juga: Ngeri! Pidato Abu Ubaidah mengingatkan umat Muslim tentang dahsyatnya Perang Badar di bulan Ramadhan

Serangan udara Zionis terus berlanjut di hari ke 165

Selasa pagi di Gaza, puluhan jiwa Palestina merana, kembali tersayat oleh serangan rudal dan senjata berat, nyanyian kematian dari pasukan penjajah yang merenggut hidup di berbagai sudut Jalur Gaza. Agresi kejam Israel kembali menari, mengukir luka di hari ke-165.

Laporan WAFA mencatat bagaimana pesawat tempur penjajah meluncurkan serangan mematikan dekat Persimpangan Al-Matahin, di utara Kota Khan Yunis, menjelang fajar, di sisi selatan Jalur Gaza.

Rumah keluarga Alyan, di dekat Bundaran Haidar Abdel Shafi, Kota Gaza, serta sebuah pondok di dekat Yayasan Al-Mashal, luluh lantak.

Baca Juga: Ramadhan di Palestina: Berbuka puasa dengan pakan ternak, shalat tarawih di reruntuhan masjid

Lebih jauh, pesawat tempur penjajah menerjang Al-Rimal, Al-Zaytoun, Al-Daraj, dan Sheikh Radwan, sementara meriam Israel Penjajah membombardir ke timur kamp Bureij dan utara kamp Nuseirat, di pusat Jalur Gaza.

Berita sedih datang dari Rafah, di selatan Jalur Gaza, di mana 14 warga tak bersalah jatuh ketika serangan udara menyerbu rumah dan apartemen.

Tak hanya itu, gudang bantuan di kamp Jabalia, utara Gaza, menjadi saksi bisu dua karyawan yang tewas terkena serangan pesawat tempur.

Dan nyawa merayap pergi ketika rumah keluarga Al-Amoudi di Abu Al-Amin, Sheikh Radwan, Gaza, menjadi target tanpa belas kasihan.

Di tengah gemuruh ledakan, rumah sakit Al-Shifa di Al-Rimal, Gaza, disisakan, terkepung, diwarnai oleh jeritan korban, namun ambulans pun tak dapat merangsek, ditutup rapat oleh pasukan penjajah.

Dan kian bertambah, angka kematian di Jalur Gaza mencapai 31.726, kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan, sementara korban luka mencapai 73.792 sejak gerhana kekejaman Israel Penjajah terhadap Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.

Biden desak Netanyahu batalkan operasi ke Rafah

Presiden Amerika, Joe Biden kembali mendesak Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu untuk membatalkan operasi besar-besaran di Rafah, Gaza.

Menurut Biden, serangan di wilayah itu adalah sebuah 'kesalahan' dan hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan masyarakat Palestina.

Biden menyampaikan pesan itu kepada Netanyahu melalui panggilan telepon. Ini merupakan kali pertama lagi Biden menghubungi sekutunya tersebut, setelah kedua pemimpin terakhir kali berbicara pada 15 Februari 2024 lalu.

Setelah 'dibujuk' Biden, Netanyahu akhirnya setuju untuk mengirim perwakilan pejabat Israel ke Washington, guna mempertimbangkan ulang situasi yang dikhawatirkan oleh AS.

“Operasi darat besar-besaran di sana (Rafah) merupakan sebuah kesalahan, hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza, dan semakin mengisolasi Israel secara internasional,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dalam konferensi pers pada Selasa, 19 Maret 2024.

Sullivan membenarkan kabar bahwa Israel Penjajah telah membunuh pejabat militer nomor tiga Hamas, Marwan Issa, dalam serangan awal pekan ini.

Issa diklaim Zionis sebagai salah satu perencana serangan 7 Oktober 2023. Kota Rafah berada di bagian selatan Gaza. Wilayah itu menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina.***

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x