Zionis memborbardir Rafah, sedikitnya 67 pengungsi Palestina tewas

- 13 Februari 2024, 11:00 WIB
Seorang wanita Palestina berduka, menggendong bayi yang menjadi korban pengeboman di Rafah
Seorang wanita Palestina berduka, menggendong bayi yang menjadi korban pengeboman di Rafah /Hatem Ali/AP

WartaBulukumba.Com - Di tengah kegelapan malam yang diselimuti kesedihan, langit Rafah berubah menjadi palung api dan asap. Suara dentuman dan jeritan memecah kesunyian, melanjutkan tragedi di Bumi Syam.

Dalam serangan Zionis ke Kota Rafah, baik dari udara maupun laut, sedikitnya 67 nyawa warga sipil Palestina dicabik serangan udara.

Rafah, dengan populasi yang padat dan infrastruktur yang rapuh, berubah menjadi lanskap kehancuran yang luas.

Baca Juga: Pasukan penjajah 'Israel' meledakkan bangunan tapi menimpa serdadu mereka sendiri

Tiga masjid rusak parah

Diwartakan AFP pada Senin, 12 Februari 2024, militer Zionis melancarkan serangan udara besar-besaran di Rafah, Gaza, pada Senin dini hari waktu setempat.

Para jurnalis dan saksi AFP mendengar serangkaian serangan dan melihat asap mengepul di atas kota yang penuh sesak oleh ribuan pengungsi itu.

Rilis resmi pihak Gerakan Perlawanan Islam Hamas menyatakan serangan udara Zionis tersebut merusak 14 rumah dan tiga masjid di berbagai bagian di Rafah.

Baca Juga: Kalah terus melawan mujahidin Palestina, kebiadaban penjajah 'Israel' terhadap warga sipil berlanjut

Nebal Farsakh, juru bicara Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina, menggambarkan keputusasaan yang melanda: "Setiap sudut Rafah telah menjadi surga bagi yang terlantar, namun surga itu sendiri kini telah hilang." Pengungsi berbondong-bondong mencari perlindungan, namun yang mereka temukan hanyalah puing dan kehancuran.

Malam itu, serangan 'Israel' tidak hanya merenggut nyawa, tapi juga menghancurkan rumah dan mimpi. Setiap serpihan bom yang jatuh bukan hanya menghancurkan bata dan beton, tapi juga menghancurkan harapan.

Pihak penjajah 'Israel' menegaskan pentingnya operasi militer mereka. Daniel Hagari, juru bicara 'Israel', dengan tegas menyatakan: "Setiap langkah kami diambil dengan beban moral untuk menyelamatkan nyawa."

Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, berbicara dengan nada penuh kesedihan: "Setiap hari yang berlalu, kami kehilangan lebih dari sekadar nyawa; kami kehilangan bagian dari sejarah dan masa depan kami."

Ia menggambarkan situasi di Gaza sebagai salah satu periode paling tragis dalam sejarah modern Palestina.

Turki, dikutip dari Anadolu pada Selasa, dengan keprihatinan mendalam, mengecam tindakan 'Israel'.

"Apa yang terjadi di Rafah bukan hanya tragedi, tapi juga pelanggaran terhadap kemanusiaan," ujar Kementerian Luar Negeri Turki, menyerukan tindakan internasional untuk menghentikan kekejaman tersebut.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah