WartaBulukumba.Com - Di tengah langit yang mendung di atas Laut Merah, dentuman jet tempur dan siluet rudal Tomahawk mengepul, mengungkapkan babak baru dalam konflik yang membelah Timur Tengah. Amerika Serikat dan Inggris, dua kekuatan Barat, menyerang milisi Houthi di Yaman, membalas serangan kelompok tersebut di jalur laut krusial.
Seperti diketahui, ombak Laut Merah dalam badai geopolitik ini sudah dimulai sejak milisi Houthi menegaskan keberpihakan pada rakyat Palestina dan mengecam genosida yang dilakukan Zionis atas Gaza.
Diwartakan AFP pada Jumat, 12 Januari 2024, saksi mata di berbagai kota Yaman melaporkan serangan udara intensif, membawa dampak signifikan pada wilayah yang telah lama dilanda konflik.
Baca Juga: Bela Palestina, milisi perlawanan di Irak menyerang pangkalan militer AS
Serangan AS lebih dari sekadar respons terhadap aksi Houthi
Houthi, kelompok yang sebagian besar wilayahnya dikontrol oleh Yaman, telah meningkatkan serangan mereka terhadap rute laut internasional sejak konflik Gaza pecah, sebuah langkah yang mereka ambil sebagai bentuk protes terhadap serangan 'Israel' ke Gaza.
Serangan yang dilancarkan AS dan Inggris, sementara itu, lebih dari sekedar respons terhadap aksi militer Houthi.
Ini merupakan eskalasi dalam permainan kekuasaan di Timur Tengah, yang diprediksi para pengamat secara global, berujung pada konflik yang lebih luas, melibatkan AS, Zionis 'Israel', Iran, dan sekutu regional mereka.
Baca Juga: Terungkap sedikitnya 12.500 serdadu penjajah 'Israel' cacat permanen akibat perang di Gaza
Iran peringatkan PBB
Keputusan AS untuk mengambil tindakan militer di Yaman tidak hanya memperburuk situasi yang sudah tegang di Timur Tengah, tetapi juga menunjukkan kompleksitas hubungan internasional yang terus berubah.