Netanyahu sebut Islam adalah ideologi beracun dan 'Israel' akan membersihkannya di masjid dan sekolah di Gaza

- 29 November 2023, 21:00 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) saat bertemu tentara dari negaranya di lokasi yang tak disebutkan tepatnya di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (26/11/2023).(KANTOR PM ISRAEL via AFP)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) saat bertemu tentara dari negaranya di lokasi yang tak disebutkan tepatnya di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (26/11/2023).(KANTOR PM ISRAEL via AFP) /Hamdani/

WartaBulukumba.Com - Netanyahu sebut Islam adalah ideologi beracun dan 'Israel' akan membersihkannya di masjid dan sekolah di Gaza, di saat yang sama ketika rakyat Palestina, Hamas dan mujahidin Islam lainnya terus menuai simpati global.

Simpati global itu mencakup unjuk rasa bergelombang di berbagai negara, perang opini terus dimenangkan Pro Palestina di media sosial, sementara kekalahan telak Zionis dalam perang di Gaza sulit dibantah dengan jumlah kerugian yang sangat besar. 

Saat 'kemenangan' bagi penjajah 'Israel' adalah genosida atas Gaza, Perdana Menteri penjajah 'Israel' Netanyahu mengatakan bahwa ia bermaksud untuk membersihkan ideologi "beracun" dari masjid-masjid dan sekolah-sekolah Palestina Islam di Gaza.

"Islam membutuhkan perubahan radikal," kata Netanyahu sesumbar.

Baca Juga: Patung tinju Al Qassam Hamas mewarnai pertukaran tahanan di pusat Kota Gaza! Ini maknanya

Netanyahu mengatakan bahwa tentaranya akan membersihkan masjid-masjid dan sekolah-sekolah di Gaza dari ideologi "beracun" setelah perangnya dengan Hamas berakhir.

Hal itu dilontarkan Netanyahu kepada pemilik X, Elon Musk dalam sebuah wawancara pada hari Senin.

Netanyahu menunjuk pada negara-negara kaya di Teluk sebagai contoh negara-negara Muslim yang telah "dide-radikalisasi."

Baca Juga: Hamas mengajari penjajah 'Israel' dua hal penting: Cara berperang dan cara memperlakukan tawanan

Demiliterisasi Gaza

Berbicara dengan Musk dalam wawancara yang disiarkan langsung di X, Netanyahu mengatakan bahwa penghancuran Hamas akan menjadi "pendahulu" dari perubahan yang lebih sistemik di Gaza.

"Kita harus mendemiliterisasi Gaza setelah penghancuran Hamas. Kita harus melakukan de-radikalisasi di Gaza, dan itu akan memakan waktu, terutama bekerja di masjid-masjid dan di sekolah-sekolah, di situlah anak-anak menyerap nilai-nilai mereka. Dan kemudian kita harus membangun kembali Gaza," kata Netanyahu, dikutip dari RT.com pada Rabu, 29 November 2023.

Sepanjang serangan udara dan darat tujuh pekan Zionis ke Gaza Palestina, Netanyahu secara berulang kali menyatakan bahwa Hamas akan berhenti ada pada saat operasi berakhir. Namun, fakta menunjukkan, tiga ribuan serdadu Zionis tewas, korban luka, desersi, dan 355 kendaraan lapis baja IDF menjadi rongsokan.

Baca Juga: Tentara teroris Zionis mencuri organ-organ tubuh warga Palestina! Militer penjajah 'Israel' mengakuinya

Desersi tentara Zionis

Fenomena desersi atau kabur dari medan perang juga merebak di media sosial. Bukan hanya tank dan amunisi ditinggalkan tentara IDF. 

TV Al Jazeera memperoleh video eksklusif bekas tentara teroris 'Israel' di medan perang yang terjadi di kota Beit Hanoun di Jalur Gaza utara.

Telihat seragam militer IDF, topi baja dan sejumlah peluru! Apakah pemiliknya memilih desersi dari medan perang di Gaza?

Pelanggaran gencatan senjata

Koresponden Al Jazeera melaporkan pada Rabu bahwa dua warga Gaza terluka akibat peluru dari pasukan pendudukan di kota Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.

Sementara itu, kebiadaban juga terus terjadi di Tepi Barat. Pasukan penjajah 'Israel' meledakkan sebuah rumah di Jenin. Di bagian lain Jenin, terjadi penangkapan seorang pemuda oleh serombongan tentara.

Sniper teroris 'Israel' membunuh anak tidak bersalah berusia 9 tahun di Tepi Barat. Waktu kejadian tidak diketahui, terlihat dalam sebuah video yang beredar di X.

Otoritas penjajah 'Israel' mewajibkan warga Palestina, terutama anak-anak Yerusalem, untuk tinggal di dalam rumah mereka selama jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh pengadilan penjajah 'Israel' sebagai hukuman karena melakukan tuduhan, seperti melempari batu ke tentara atau berpartisipasi dalam konfrontasi dengan tentara penjajah 'Israel'.

Hukum yang dibuat-buat penjajah 'Israel' menggunakan metode penahanan di rumah terhadap anak-anak di bawah usia 14 tahun hanya karena undang-undangnya tidak mengizinkan penerapan hukuman terhadap mereka, sehingga mereka terpaksa tetap berada di rumah untuk jangka waktu yang lama sampai mereka mencapai usia 18 tahun untuk ditahan di penjara sebenarnya.

Pengawasan penjajah 'Israel' sangat ketat. Polisi penjajah 'Israel' memasang gelang elektronik di pergelangan tangan atau pergelangan kaki anak tersebut untuk memantaunya sepanjang waktu dan memastikan bahwa dia tidak meninggalkan rumahnya, dan mencegah dia melepas atau menggunakan perangkat apa pun yang dapat merusak atau mengganggunya.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah