WartaBulukumba - Membaca narasi kehidupan warga Afghanistan pasca kekuasaan Taliban, serupa membaca narasi dari sebuah perjuangan hidup yang tanpa ujung.
Orang-orang di Afghanistan tak lagi hidup dalam situasi yang sama. Mereka kini harus hidup dalam perjuangan mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
Bank yang masih tutup dan harga pangan yang kian meroket, dengan pekerjaan yang tak lagi dimiliki, melengkapi narasai kesengsaraan negeri yang dikuasai oleh Taliban sejak pekan lalu.
Baca Juga: Sayangi Jantung dengan Infused Water Ketumbar
Perekonomian yang rapuh di negara itu, kini telah hancur. Dunia internasional tak lagi memberi sokongan dalam perekonomian Afghanistan.
Bahkan sebelum Taliban menguasai, kondisi di Afghanistan telah memburuk. Pemberontak menyebar makin pesat melalui kota-kota provinsi membuat nilai mata uang lokal anjlok terhadap dolar dan mendorong harga bahan makanan pokok semakin membumbung tinggi.
"Saya benar-benar tersesat, saya tidak tahu apa yang harus saya pikirkan terlebih dahulu, keselamatan dan kelangsungan hidup saya atau memberi makan anak-anak dan keluarga saya," kata seorang mantan polisi yang telah kehilangan gaji bulanan untuk membiayai istri dan keempat anaknya.
Baca Juga: Selamat jalan maestro musik gendang Makassar, Daeng Mile
"Saya tinggal di apartemen sewaan, saya belum membayar pemiliknya selama tiga bulan terakhir," lanjutnya.