111 hari genosida penjajah 'Israel' di Gaza: 600 ribu warga Palestina di utara terancam mati kelaparan

27 Januari 2024, 13:16 WIB
Ribuan warga Palestina menunggu bantuan Kemanusiaan di Jalan Al-Rasheed Gaza Barat /Risalah Amar

WartaBulukumba.Com - Di balik dinding kain yang rapuh, sebuah tenda di Gaza berbisik kisah perih. Di dalamnya, sejumlah anak-anak kecil terlelap, berbaring di atas tikar yang dingin, perut mereka dipastikan masih  kosong. Di luar, hujan turun seperti air mata langit, menari di atas atap tenda, merembes masuk, merangkul kaki-kaki mungil dalam genangan air yang dingin.

Sementara itu, di kejauhan, dentuman senjata menggema. Di sana sedang meletus pertempuran, seperti biasa, para pejuang perlawanan Palestina bertempur melawan serdadu Zionis penjajah.

Dalam sebuah rekaman video yang menyayat hati, terlihat ribuan warga Gaza berkumpul menunggu kedatangan truk bantuan. Harapan sirna ketika mereka tiba-tiba ditembaki.

Baca Juga: Hamas mengendalikan sepenuhnya perang di Gaza, Zionis terus menarik mundur pasukannya

Direktur Jenderal WHO tak kuasa menahan tangis

Sebanyak 20 orang dinyatakan syahid dan 105 lainnya mengalami luka-luka. Detik-detik mengerikan itu merekam bukti brutalitas yang tak terperi, sebuah cerita kesedihan yang terus berulang di tanah yang dilanda perang kemerdekaan.

Di balik tragedi genosida yang memilukan, sebuah keterangan dari pimpinan WHO sudah lebih dari cukup untuk melukiskan wajah Gaza yang memasuki 111 hari genosida penjajah 'Israel'.

"Saya kesulitan untuk berbicara karena... Karena situasinya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, sambil tak kuasa menahan sedih.

Air matanya menetes ketika ia berbicara tentang situasi terkini di Gaza, seperti terlihat dalam video yang diunggah oleh Quds News Network pada Sabtu, 27 Januari 2024.

Baca Juga: Hari ke 105 genosida penjajah 'Israel' di Gaza: Setiap pekan 1 ton bom dijatuhkan Zionis

600 ribu warga Gaza utara terancam mati kelaparan

Perusahaan penerbangan Turki, Turkish Airlines, pada Jumat kemarin mengumumkan penghentian semua penerbangan ke wilayah Palestina yang diduduki penjajah 'Israel' hingga bulan Oktober mendatang, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Televisi Al Jazeera juga menayangkan rekaman mencekam menit-menit awal sesudah pengeboman sebuah rumah di barat Deir al Balah di Gaza tengah, menggambarkan kehancuran dan perjuangan warga untuk menyelamatkan korban dari reruntuhan.

Palestine Info Center, melalui media sosial, mengungkapkan kemungkinan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Gaza, yang telah 111 hari dilaparkan oleh pengepungnya.

Keadaan ini meninggalkan sedikitnya 600 ribu warga di utara yang terancam mati kelaparan. Upaya-upaya ini mencerminkan situasi yang mendesak dan perlunya respons kemanusiaan yang cepat dan efektif.

Baca Juga: Seorang jenderal Zionis menyarankan pemerintahan Netanyahu harus berhenti berbohong

Mesir sambut baik keputusan Mahkamah Internasional

Perkembangan terkini di ranah doplomasi internasional, Mesir menyambut baik keputusan Mahkamah Internasional yang menyatakan 'Israel' melakukan kejahatan genosida di Gaza.

Mereka menantikan keputusan lebih lanjut untuk segera melakukan gencatan senjata, sebagaimana dalam kasus serupa sebelumnya.

Mesir juga menuntut penerapan segera semua tindakan yang terkandung dalam keputusan Mahkamah Internasional, sebagai langkah awal dalam menegakkan hukum internasional.

Laporan terbaru dari front pertempuran

Brigade Saraya Al Quds melalui rilis resmi dan video yang mereka ungah, menyatakan bahwa setelah mujahidin mereka kembali dari front pertempuran di Jalur Gaza tengah, mereka menegaskan bahwa mereka mampu melaksanakan serangkaian tugas berupa pengeboman situs militer "Kosufim" dan Mata Ketiga dengan ledakan rudal.

Mujahidin juga menembaki kumpulan tentara musuh dengan mortir di dekat “gerbang sekolah” di sebelah timur kamp Al-Bureij.

Para pejuang pun berhasil menargetkan kendaraan militer Zionis dengan peluru “Tandum” di sebelah timur kamp Al-Maghazi.

Serangan terukur juga berhasil dilakukan terhadap kumpulan tentara musuh di sekitar lokasi militer “Abu Safiya” dengan rentetan mortir. 

Berlanjut serangan mortir terhadap kumpulan tentara musuh di sebelah timur desa Al-Masdar. Salah satu hasi lainnya yang dicapai Brigade Saraya Al Quds adalah berhasil menembak jatuh drone Zionis yang digunakan untuk misi intelijen di timur Shujaiya.

Situasi di Gaza tidak hanya mengungkapkan tragedi kemanusiaan yang mendalam, tetapi juga membawa pertanyaan penting tentang masa depan wilayah tersebut dan hubungan internasional. Tindakan komunitas internasional, keputusan Mahkamah Internasional, dan reaksi dari berbagai negara menunjukkan bahwa dampak dari semuaini jauh melampaui batas-batas geografis.

Ini bisa menjadi titik balik dalam cara dunia menanggapi situasi di Timur Tengah, dengan harapan bahwa solusi damai dan adil dapat ditemukan untuk mengakhiri siklus kekerasan yang tak kunjung henti.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler