Jet militer China bermanuver di Laut China Selatan, AS meradang

31 Mei 2023, 16:17 WIB
Jet tempur China - Jet militer China bermanuver di Laut China Selatan, AS meradang /YouTube CGTN

WartaBulukumba - Melintas dengan kemahiran, sayapnya menembus angin, menciptakan jejak putih yang menghilang di kejauhan. Di atas wilayah Laut China Selatan, manuver jet itu mengirimkan pesan dan klaim atas wilayah yang dipertanyakan.

Kehadiran dan manuver jet itu merangkul ketegangan geopolitik yang melingkupi kawasan. Suara mesin dan bayangan jet itu meninggalkan tanda di langit yang biru.

AS menuduh jet militer China terbang terlalu dekat dengan pesawatnya, menyebabkan turbulensi yang berbahaya.

Baca Juga: Roket Korea Utara memicu alarm palsu peringatan evakuasi di Korsel

Amerika Serikat menuduh jet tempur China melakukan "manuver agresif yang tidak perlu" terhadap salah satu pesawatnya selama penerbangan di atas Laut China Selatan, wilayah yang disengketakan dengan kepentingan strategis yang signifikan.

Dalam pernyataan tertulis pada hari Selasa, Komando Indo-Pasifik AS – cabang angkatan bersenjata yang mengawasi kawasan itu – mengatakan pesawatnya sedang melakukan “operasi aman dan rutin” di “wilayah udara internasional” ketika dicegat oleh jet J-16 China.

Pilotnya “terbang langsung di depan hidung RC-135, memaksa pesawat AS untuk terbang melalui turbulensinya”, menurut siaran pers.

Baca Juga: Ukraina menembak jatuh 10 rudal dan 20 drone Rusia

“Kami berharap semua negara di kawasan Indo-Pasifik menggunakan wilayah udara internasional dengan aman dan sesuai dengan hukum internasional,” tambah pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera pada Selasa, 30 Mei 2023.

Sebuah video yang dirilis dengan pernyataan tersebut menunjukkan bagian dalam kokpit pesawat Angkatan Udara AS, saat sebuah jet tempur mendekat dari satu sisi, membumbung tinggi di atas awan. Saat berputar dan lewat di depan hidung pesawat Angkatan Udara, video bergetar karena kekuatan aliran udaranya.

Jalan pintas yang sempit dan pernyataan AS selanjutnya adalah tit-for-tat terbaru di Laut China Selatan, di mana China telah membuat klaim teritorial yang luas, yang mencakup sebagian besar wilayah tersebut.

Baca Juga: Sekelompok paus pembunuh menyerang sebuah kapal di lepas pantai Spanyol selatan 

Sengkarut Laut Natuna Utara

Menukil laman Ppid.bnpp.go.id/ China mengklaim perairan Natuna di dalam nine dash line atau sembilan garis putus yang disebut oleh Tiongkok sebagai Traditional Fishing Grounds.

Kemudian, seorang ilmuwan asal Malaysia mengeluarkan klaim sejarah bawah Laut Natuna adalah milik Malaysia. 

Melihat ke belakang, sebuah deklarasi dilakukan pada 13 Desember 1957. Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja menjadi inisiatornya. Deklarasi Djuanda mempertegas laut-laut yang masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian, laut-laut antarpulau tidak lagi merupakan kawasan bebas, melainkan milik Republik Indonesia.

Baca Juga: Tiga fenomena UFO bulan Mei yang menggegerkan Turki, Taiwan dan pangkalan militer AS

Salah satu isi dari Deklarasi Djuanda adalah sebagai berikut: "Bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia."

Sembilan tahun sesudah lahirnya UU mengenai perairan Indonesia, pemerintah mengeluarkan pengumuman tentang "Landasan Kontinen Indonesia" pada 17 Februari 1969. Kemudian pada 1982, Konvensi Hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982) mengakui deklarasi itu.

Barulah muncul Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 untuk mempertegas aturan dari PBB yang menyatakan Indonesia negara kepulauan.

Tumpang tindih perairan klaim Laut Natuna Utara yang merupakan ZEE milik Indonesia dengan sembilan garis putus-putus Tiongkok, klaim Tiongkok atas perairan Indonesia ini seluas lebih kurang 83.000 km2 atau 30 persen dari luas laut Indonesia di Laut Natuna Utara.***

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler