Malaysia mengutuk serangan terbaru di Masjid Al Aqsa

21 Mei 2023, 17:48 WIB
Salah satu peristiwa sat serdadu Israel menangkapi beberapa pemuda Palestina di kompleks Masjid Al Aqsa. /Anadolu Agency

WartaBulukumba -  Suasana panik melanda saat tembakan gas air mata dilepaskan, mengisi udara dengan kabut beracun. Doa-doa dan tangisan pecah, mencerminkan kemarahan warga Palestina. Masjid Al Aqsa.

Malaysia mengutuk serangan terbaru di Masjid Al Aqsa di Yerusalem, menyebutnya sebagai "tindakan agresi keji".

Serangan, yang terjadi pada hari Jumat, membuat polisi Zionis Israel menyerbu kompleks masjid dan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke jamaah. Kekerasan itu menyebabkan puluhan warga Palestina terluka.

Baca Juga: Kegelapan dunia segera tiba? Pasukan Rusia menggali pembangkit nuklir Ukraina, kata saksi mata

Menukil Antara pada Ahad, 21 Mei2023, dalam sebuah pernyataan, pemerintah Malaysia mengatakan "sangat prihatin" dengan meningkatnya kekerasan di Yerusalem dan meminta semua pihak untuk menahan diri.

"Malaysia mengutuk keras serangan terbaru di Masjid Al-Aqsa," kata pernyataan itu.

"Ini adalah tindakan agresi keji terhadap tempat suci yang suci bagi umat Islam di seluruh dunia."

Baca Juga: Pasukan Rusia mundur dekat kota Bakhmut di Ukraina Timur

Pernyataan itu juga meminta masyarakat internasional untuk mengambil tindakan untuk menghentikan kekerasan dan bekerja menuju solusi damai untuk konflik Israel-Palestina.

Serangan terhadap Masjid Al-Aqsa terjadi pada saat ketegangan meningkat di Yerusalem. Kota suci itu adalah rumah bagi tempat-tempat suci bagi Muslim dan Yahudi, dan telah menjadi titik awal kekerasan di masa lalu.

Gerakan Jurnalis 

 

Mengutip Jpost.com pada Sabtu, dalam beberapa tahun terakhir, telah tumbuh gerakan jurnalis yang mencoba menceritakan kisah konflik dengan cara baru.

Baca Juga: Bakal kenal denda! Google diduga melanggar undang-undang antimonopoli di India

Mereka menggunakan teknik dan pendekatan jurnalisme baru dalam upaya mendobrak narasi tradisional dan memberikan pandangan konflik yang lebih bernuansa dan kompleks.

Salah satu tokoh paling menonjol dalam gerakan baru ini adalah Ronen Bergman. Bergman adalah jurnalis veteran Israel yang telah meliput konflik selama bertahun-tahun. Dalam bukunya "The Accidental Spy", Bergman bercerita tentang seorang pria Palestina yang direkrut oleh badan intelijen Israel Mossad. Buku itu sukses kritis dan komersial, dan membantu meningkatkan kesadaran akan korban manusia dari konflik tersebut.

Wartawan lain yang bekerja untuk menceritakan kisah baru tentang konflik Israel-Palestina adalah Ali Abunimah. Abunimah adalah jurnalis Palestina-Amerika yang merupakan salah satu pendiri Electronic Intifada, sebuah outlet berita online yang meliput konflik dari perspektif Palestina. Karya Abunimah dipuji karena keakuratannya dan kesediaannya untuk menantang narasi arus utama konflik tersebut.

Baca Juga: Alien dan UFO di antara budaya populer dan imajinasi massa di Amerika Serikat

Karya Bergman, Abunimah, dan jurnalis lain seperti mereka membantu mengubah cara media meliput konflik Israel-Palestina. Mereka menggunakan teknik dan pendekatan jurnalisme baru dalam upaya menceritakan kisah konflik yang lebih kompleks dan bernuansa. Jurnalisme baru ini membantu memberikan suara kepada orang-orang yang paling terkena dampak konflik, dan membantu menerobos narasi tradisional yang telah mendominasi liputan konflik selama ini.

Ditakik dari Middleeasteye.net, Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan nasional baru Israel, melakukan kunjungan kontroversial ke Masjid Al-Aqsa pada hari Selasa, memicu kemarahan dari warga Palestina dan kecaman dari masyarakat internasional.

Ben-Gvir

Ben-Gvir, seorang politikus sayap kanan yang menyerukan pengusiran warga Palestina dari Israel, memasuki kompleks masjid dengan pengawalan keamanan yang ketat. Dia didampingi oleh sekelompok aktivis Yahudi yang meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung aneksasi Israel di Tepi Barat.

Kunjungan itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Ben-Gvir dilantik sebagai bagian dari pemerintahan baru yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu. Itu dilihat oleh banyak orang sebagai provokasi yang disengaja yang bertujuan mengobarkan ketegangan antara Israel dan Palestina.

Otoritas Palestina mengutuk kunjungan itu sebagai "pelanggaran terang-terangan" terhadap status quo di Masjid Al-Aqsa, yang suci bagi umat Islam dan Yahudi. Dewan Keamanan PBB juga menyatakan keprihatinan tentang kunjungan tersebut, dengan mengatakan hal itu dapat "membahayakan situasi keamanan yang rapuh di wilayah tersebut."

Ben-Gvir membela kunjungannya, mengatakan dia hanya menggunakan haknya untuk kebebasan beragama. Namun, banyak orang Palestina melihatnya sebagai tanda meningkatnya pengabaian Israel terhadap hak-hak mereka dan tempat-tempat suci mereka.

Kunjungan itu kemungkinan akan semakin mengobarkan ketegangan antara Israel dan Palestina, dan itu dapat menyebabkan lebih banyak kekerasan.

Ini adalah pengingat akan perpecahan mendalam yang ada di antara kedua belah pihak, dan menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan proses perdamaian.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler