Hari Bumi, aktivis lingkungan di puluhan negara gelar aksi lawan perubahan iklim

22 April 2023, 15:47 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem yang diklaim sebagai salah satu dampak perubahan iklim. ///Pexels/Ralph W. lambrecht

WartaBulukumba - Wajah planet kita hari ini adalah wajah hunian yang porak poranda akibat cuaca ekstrem yang kian kejam, sampah yang menggunung hingga lautan limbah.

Hari ini, Sabtu 22 April 2203, adalah Hari Bumi atau Earth Day yang memiliki tema "Invest In Our Planet" atau Berinvestasi di Planet Kita.

Google juga ikut memperingatinya dengan membuat Doodle khusus yang menampilkan gambar lingkungan yang hijau dan animasi tentang tindakan untuk melawan perubahan iklim. Pengguna Google dapat melihat Doodle ini saat mengakses mesin pencari hari ini.

Untuk merayakan Hari Bumi yang ke-54, sejumlah sukarelawan di puluhan negara akan melakukan aksi menanam pohon, membersihkan sampah, dan mendesak pemerintah untuk menanggulangi perubahan iklim. 

Baca Juga: Tiga teori konspirasi ini 'lawan tanding' isu perubahan iklim

Even lingkungan tahunan ini mencakup pekan konservasi dan bersih-bersih di seluruh dunia, serta festival terkait yang akan dimulai di Roma dan Boston. Kelompok aktivis Extinction Rebellion akan mengelola "Big One", serangkaian kegiatan yang berlangsung selama empat hari di London.

Di Washington, akan diselenggarakan unjuk rasa untuk mendesak Presiden Joe Biden agar mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil.

Para sukarelawan akan melakukan kegiatan bersih-bersih di Sungai Dal, India, dan Cape Coral di Florida, Amerika Serikat, yang pernah mengalami bencana. Biden telah menyatakan komitmennya untuk meningkatkan anggaran Amerika Serikat guna membantu negara-negara berkembang menghadapi perubahan iklim, serta menghentikan deforestasi kawasan hutan hujan Amazon di Brazil.

Baca Juga: Ekonom ini memenangkan setiap taruhan yang dibuatnya untuk masa depan! Bagaimana jika memakai ChatGPT?

Mengutip Antara yang melansir Reuters pada Sabtu, 22 April 2023, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, menekankan bahwa "lompatan besar dalam aksi iklim" diperlukan untuk menghentikan kenaikan suhu di titik 1,5 derajat Celsius.

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler