WartaBulukumba.Com - Saban pagi menguak hari di bawah langit Kabupaten Bulukumba masih terasa segar, dan matahari baru saja muncul menyapa, para pejuang PMT sudah melangkah, kadang tersuruk, namun penuh semangat menuju dapur.
Di sudut-sudut kampung yang tenang, terlihat panci dan wajan mengepul, sebagaimana semangat para pejuang Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bulukumba dalam menghadapi masalah stunting yang mengancam generasi muda.
Ini hanya baru sepotong kecil dalam kisah yang lebih besar tentang perang melawan stunting di Kabupaten Bulukumba.
Saat ayam jantan kabarkan pagi, dengan penuh semangat, mereka sudah berada di dapur. Dengan panci dan peralatan masak sederhana, mereka menyiapkan menu harian untuk anak-anak yang membutuhkannya.
Baca Juga: Menengok Bulukumba dalam perang melawan stunting: Jejak Tim Pendamping Keluarga di Tanete
Perjuangan tidak berhenti di dapur. Setelah itu mereka akan segera beranjak berkemas untuk melakukan perjalanan yang kadang harus menempuh medan yang cukup berat.
Mereka akan segera melata di gang-gang sempit, mengetuk pintu rumah-rumah sederhana, bahkan sebagian tidak layak huni, hingga lingkungan yang masih jauh dari ideal dalam segi kebersihan, dan semacamnya.
Menu yang Dibuat Pejuang PMT
Salah seorang kader PMT di Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa, Israwati, SE., mengungkapkan, proses PMT berlangsung selama 90 hari atau tiga bulan berturut-turut.
Baca Juga: Perang melawan stunting: Audit kasus di Kabupaten Bulukumba
"Selama periode ini, para pejuang PMT bekerja untuk memberikan bantuan makanan tambahan berbahan lokal kepada mereka yang membutuhkannya," jelas Israwati kepada WartaBulukumba.Com pada Senin, 4 September 2023.
Setiap hari, Israwati menyiapkan menu makanan beragam. Mulai bola-bola nasi, bubur Menado, nasi bakar ayam dengan sayuran, bubur kacang ijo, nugget sayuran, mie ayam bakso, nasi putih telur balado, hingga buah sebagai pelengkapnya.
Dengan makanan bergizi yang disediakan oleh para pejuang PMT, mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Baca Juga: Ada 45 anak stunting di Desa Polewali, PKK Sulsel cek kinerja PKK Bulukumba
PMT Mengatasi KEK Ibu Hamil dan Berat Badan pada Balita
Israwati juga menguraikan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah program yang sangat penting dalam upaya mengatasi masalah gizi kronis seperti Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dan masalah berat badan pada balita yang berada di bawah Garis Merah.
Program ini melibatkan sejumlah individu yang berdedikasi, urai Israwati, seperti kader PMT yang juga kader Posyandu, serta dukungan dari Bidan Desa dan Kelurahan di berbagai wilayah kerja.
"PMT merupakan langkah konkret dalam peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil yang mengalami KEK dan balita yang berjuang untuk mencapai berat badan yang sehat," ungkapnya.
Baca Juga: Perang sengit melawan stunting, prevalensinya di Bulukumba turun 28,4 persen
Dia juga mengungkapkan, kader PMT yang juga merupakan kader Posyandu merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan program ini.
"Mereka adalah individu yang berada di tengah-tengah masyarakat, memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan gizi, dan memiliki keterampilan dalam mengenali tanda-tanda KEK pada ibu hamil atau masalah berat badan pada balita. Dengan dedikasi mereka, program PMT dapat mencapai individu yang membutuhkan bantuan dengan lebih efektif. Namun, peran Kader PMT dan Kader Posyandu tidaklah cukup. Dukungan dari tenaga medis seperti Bidan Desa dan Kelurahan juga sangat diperlukan," ungkapIsrawati.
Dukungan dari tenaga medis seperti Bidan Desa dan Kelurahan tentu saja sangat diperlukan sebab mereka memiliki pengetahuan medis yang lebih mendalam dan dapat memberikan pemantauan yang lebih intensif terhadap ibu hamil dan balita yang sedang mengikuti program PMT.
Kolaborasi Apik
"Kerja sama antara semua pihak ini adalah kunci kesuksesan PMT dalam membantu mengatasi masalah gizi kronis di masyarakat," ujar Israwati.
PMT bukan hanya tentang memberikan makanan tambahan, tetapi juga tentang memberikan edukasi tentang gizi yang seimbang, perawatan yang baik, dan pentingnya pemantauan kesehatan selama masa kehamilan dan pertumbuhan balita.
Selain itu, penggunaan bahan lokal dalam PMT juga mendukung perekonomian lokal dan mempromosikan keberlanjutan.
"Ini adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi antara individu dari berbagai lapisan masyarakat dapat membawa perubahan positif dalam upaya meningkatkan gizi dan kesehatan generasi masa depan. Dalam kebersamaan inilah kita melihat semangat perjuangan para pejuang PMT yang tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga memberikan harapan bagi mereka yang membutuhkannya," tandas Israwati.***