Menengok cahaya Islam pertama kali berpendar di Bulukumba melalui masjid tertua di selatan Sulsel

28 Maret 2023, 05:53 WIB
Masjid Nurul Hilal Dato ri Tiro, masjid tertua di Kabupaten Bulukumba /Tangkapan layar YouTube.com/Munkar

WartaBulukumba - Perjalanan panjang menerabas belantara animisme, mistisisme dan kebatinan yang menjadi penguasa spiritual di Sulawesi Selatan dimulai oleh Dato ri Tiro sejak kakinya menyentuh wilayah timur Bulukumba masa silam.

Abdul Jawad Khatib Bungsu atau Al Maulana Khatib Bungsu yang kemudian dikenal dengan nama Dato ri Tiro atau Dato Tiro datang ke tanah Bulukumba pada awal abad 17.

Kedatangan Dato ri Tiro ke Bulukumba juga diulas Christian Pelras dalam bukunya yang berjudul "The Bugis" yang diterbitkan Wiley pada 1996.

Baca Juga: Wisata alam air terjun Gamaccayya, seserpih surga di Kindang Bulukumba

Dato ri Tiro datang ke Bulukumba dengan menyeberangi lautan. Dato ri Tiro bersama dua orang sahabatnya yaitu Dato Patimang atau Khatib Sulaeman dan Dato ri Bandang atau Abdul Makmur berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Tiga ulama besar ini datang dengan satu tujuan yaitu untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Islam. Dalam beberapa catatan sejarah, Dato ri Tiro bersama dua sahabatnya datang ke Sulawesi Selatan menggunakan perahu.

Mereka mendarat di Ujung Banyoro yang kini bernama Kecamatan Herlang pada masa pemerintahan Launru Daeng Biasa di Kerajaan Tiro pada tahun 1604.

Baca Juga: Desa di Bulukumba Sulsel ini memiliki empat spot wisata menakjubkan

Dato Patimang menyiarkan agama Islam di Kerajaan Luwu dan Dato ri Bandang menyiarkan agama Islam di Kerajaan Gowa dan Tallo. Sedangkan Dato ri Tiro menyiarkan agama Islam di daerah Bulukumba dan sekitarnya.

Dato Tiro yang menguasai ilmu tasawuf atau sufisme menyebarkan Islam ke Bulukumba lantaran pada masa itu banyak masyarakat setempat percaya akan hal-hal yang berbau sihir dan kebatinan.

Masjid tertua di Kabupaten Bulukumba adalah Masjid Nurul Hilal Dato ri Tiro di Kecamatan Bontotiro. Inilah masjid yang merupakan salah satu jejak sejarah cahaya Islam pertama kali berpendar di selatan Sulsel yang tetap kokoh hingga hari hari. Dato ri Tiro membangun Masjid Nurul Hilal pada tahun 1605 Masehi.

Baca Juga: Gua Passea di Bulukumba, telusur wisata sejarah yang menakjubkan

Mesjid Nurul Hilal Dato ri Tiro terletak sekitar 36 kilometer dari pusat kota Bulukumba, tepatnya berada di Kelurahan Ekatiro.

Masjid Nurul Hilal memiliki kubah yang menyerupai rumah adat Jawa, terdiri dari tiga tingkat atap. Arsitektur dinding jendela diambil dari rumah khas Toraja, Sulawesi Selatan yakni Tongkonan.

Pada bagian luar masjid terdapat dua buah menara setinggi dua puluh meter. Pada bagian dalam masjid terdapat empat buah tiang dan sejumlah tulisan kaligrafi yang berada di sudut dinding masjid.

Baca Juga: Senandung Kopi Kahayya dari wisata pegunungan Bulukumba

Menurut cerita, sumur itu juga dibuat oleh Dato ri Tiro yang saat itu ingin melakukan shalat namun tidak menemukan air suci untuk berwudhu.

Lantas Dato ri Tiro menancapkan tongkatnya ke tanah yang membuat garis sehingga keluarlah mata air dari dalam tanah. Air menyembur dengan sangatderas hingga membentuk sungai yang kemudian dikenal saat ini dengan Sungai Panjang Hila Hila.

Masjid ini telah mengalami lima kali renovasi yakni renovasi pertama kali dilakukan pada tahun 1625, sedangkan renovasi terakhir kali dilakukan pada tahun 1998.

Baca Juga: Nikmatnya aroma dan cita rasa kopi dari Kahayya, wisata gunung di Bulukumba

Hal menarik lainnya yakni sebuah sumur panjang yang mengelilingi masjid dengan panjang sekitar 100 meter.

Sejak berdirinya mesjid ini bernama Mesjid Hila-Hila hingga pada tahun 1997 namanya diganti menjadi Masjid Nurul Hilal Dato Tiro.

Adapun makam Dato ri Tiro berada di lahan seluas 695 m2, berukuran panjang 2,90 meter dan lebar 2 meter.

Nisannya terbuat dari kayu raja dengan ornamen hias tumpal. Bentuk asli makam ini berupa batu kali yang belum dipahat, disusun membentuk segi empat panjang, memiliki cungkup dan dipagar menggunakan bambu yang telah dianyam. Makam ini telah dipugar sehingga mengalami perubahan.

Kompleks Makam Dato ri Tiro ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan surat keputusan Nomor: PM.59/PW.007/ MKP/2010, tanggal 22 Juni 2010, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir. Jero Wacik, S.E.

Dato ri Tiro kini diabadikan namanya di Masjid Islamic Center Dato Tiro di Kabupaten Bulukumba.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler