Perusahaan baterai mobil listrik Swedia, Northvolt membeli startup AS, Cuberg

10 Maret 2021, 18:48 WIB
Ilustrasi pengisian baterai mobil listrik. /Pixabay/Pixaline

WartaBulukumba - Cuberg adalah sebuah startup di Amerika Serikat. Perusahaan rintisan dari Universitas Stanford pada tahun 2015 itu telah menciptakan sel baterai yang mencapai kapasitas sebesar 60% dibandingkan sel lithium-ion lainnya. 

Perusahaan baterai lithium-ion di Swedia, Northvolt, mengumumkan pada Rabu 10 Maret 2021 bahwa pihaknya telah membeli perusahaan rintisan AS Cuberg untuk mendapatkan akses ke teknologi yang akan meningkatkan jangkauan kendaraan listrik yang dapat menggunakan baterainya.

"Ini sangat penting untuk mempercepat peralihan ke kendaraan listrik sepenuhnya dan menanggapi kebutuhan perusahaan otomotif terkemuka dalam kerangka waktu yang relevan," kata CEO Northvolt Peter Carlsson, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Bupati Bulukumba siap kawal Dewan Pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan

Produsen baterai di seluruh dunia berjuang untuk memenuhi permintaan karena produsen mobil semakin beralih ke listrik.

Northvolt, yang bertujuan untuk mengambil pemain utama Asia seperti CATL dan LG Chem dan menargetkan 25% pangsa pasar di Eropa pada tahun 2030, akan mendirikan pusat teknologi di Silicon Valley berdasarkan akuisisi Cuberg dan merekrut bakat industri baterai terkemuka.

Dalam industri otomotif mobil listrik, jenis baterai untuk mobil listrik yang paling banyak diaplikasikan adalah baterai Li-On.

Baca Juga: Kominfo ajak masyarakat mampu untuk beralih ke televisi digital

Mengutip laman omazaki.co.id, baterai ini digunakan pada banyak peralatan elektronik portabel seperti ponsel dan laptop. Perbedaan utama adalah soal skala. Kapasitas dan ukuran fisiknya ini pada mobil listrik jauh lebih besar –ini sering disebut sebagai traction battery pack.

Baterai Li-on memiliki rasio daya terhadap berat sangat tinggi. Jenis baterai mobil listrik satu ini efisiensi energinya tinggi. Kinerjanya pada suhu tinggi juga baik.

Baterai tersebut memiliki rasio energi lebih besar tiap beratnya –sebuah paramater karakteristik yang sangat penting pada baterai mobil listrik. Makin kecil berat baterai (kapasitas kWH sama) berarti mobil dapat melakukan perjalanan lebih jauh dengan sekali pengisian daya.

Baca Juga: Menolak perintah 'Tembak sampai mereka mati' polisi Myanmar melarikan diri ke India

Baterai ini juga memiliki tingkat “self-discharge” rendah, sehingga baterai paling baik dibanding baterai lain dalam mempertahankan kemampuan menahan muatan penuhnya.

Selain itu, sebagian besar bagian baterai Li-on dapat didaur ulang, menjadi pilihan tepat bagi peminat electric car yang sadar lingkungan. Mobil BEV serta PHEV menjadi paling banyak memakai baterai lithium.

Sebuah pergeseran tren mulai terjadi pada industri otomotif dunia sejak tahun 2020. Banyak masyarakat mulai beralih untuk menggunakan mobil yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Startup Prancis mengajukan keluhan privasi terhadap Apple

Dari penggunaan mobil dengan mesin pembakaran internal (internal combustion engine) berbahan bakar bensin, kini mereka mulai beralih jadi menggunakan kendaraan listrik (EV).

Sebuah survey yang dikeluarkan oleh Consumer Reports Amerika Serikat menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi.

Dikutip dari Antara, 18 Desember 2020, hasil survey yang dikeluarkan lembaga tersebut menjelaskan bahwa animo masyarakat terhadap mobil listrik cukup tinggi.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler