WartaBulukumba.Com - 'Hilangnya Senyum di Wajah Ibuku' menggiring pembaca ke sebuah kehidupan keluarga yang semula nyaman, harmonis, penuh keintiman dan senandung kedamaian. Tetiba episode paling muram menjadikan keluarga itu dingin dan berantakan. Bagaimana endingnya? Kisah itu ada dalam novel karya salah satu penulis berbakat di Bulukumba, Nurwahidah Nawir.
Melalui karakter-karakter dalam novel ini, Nurwahidah Nawir, dengan mahirnya menggambarkan kerapuhan hubungan manusia dan letusan emosi yang menyertainya. Sang novelis milenial Bulukumba ini menemukan kampung halamannya sejak dulu sebagai sebuah rumah yang nyaman untuk melahirkan karya-karya yang bagus.
Sebagaimana geliat puluhan penulis lainnya yang terus bertumbuhan setiap masa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sastra cetak hingga digital pun menjadi wilayah tanpa tapal batas.
Baca Juga: Novel 'Bumi Manusia' mengajarkan Marxisme?
Sebagaimana yang dilakukan Nurwahidah Nawir. Novelnya sudah bisa dibaca di Fizzo, sebuah platform baca novel yang menawarkan berbagai macam genre.
Selain membaca, pengguna juga dapat berbagi karyanya sendiri. Bahkan bisa mendapatkan cuan.
Menulis sejak SMA
Nurwahidah Nawir yang lahir pada 25 Januari 1991, telah menciptakan gelombang kejutan di dunia literasi, khususnya di daerah Bulukumba, melalui karya perdananya yang diterbitkan di platform Fizzo berjudul "Hilangnya Senyum di Wajah Ibuku".
Baca Juga: In memoriam sastrawan Bulukumba Mochtar Pabottingi dan karyanya dalam ulasan Mahrus Andis
Meskipun hanya fiksi, novel ini memiliki kekuatan untuk membiaskan refleksi ke dalam kehidupan nyata.