Novel 'Bumi Manusia' mengajarkan Marxisme?

- 18 Agustus 2023, 19:05 WIB
Film Bumi Manusia yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Pramoedya Ananta Toer
Film Bumi Manusia yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Pramoedya Ananta Toer /IMDb/

WartaBulukumba.Com - Adakah bau Marxisme dalam Bumi Manusia? Baik Bumi Manusia yang film dan Bumi Manusia yang novel, yang pasti semuanya bermuara ke Pram, sastrawan pemilik nama lengkap Pramoedya Ananta Toer. 

Secara tegas pula, penceritaan dan penokohan dalam novel Bumi Manusia berlatar penindasan, sebuah benang merah yang kerap ditautkan dengan Marxisme.

Sejarah dan fakta yang ada, penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis terhadap buruh pabrik dapat dikaitkan dengan teori Marxisme. Dalam teori Marxisme terdapat pokok-pokok pikiran Karl Marx, yaitu keterasingan, pertentangan kelas, kepentingan individu dan revolusi, hak milik, negara kelas, dan ideologi.

 

Baca Juga: Mengintip geliat Ruang Anak Bangsa di Gowa: Komunitas penulis muda yang lahir di kafe

Berbagai analisis dari kalangan intelektual pernah mencoba mengurai hubungan itu. Bumi Manusia dengan Marxisme, namun sejauh ini belum pernah ada diskursus hingga konsensus yang memadai untuk menyimpulkan Marxisme sungguh-sungguh menjadi 'misi rahasia' Bumi Manusia.

Satu-satunya fakta yang kerap dijadikan argumentasi adalah bahwa Pramoedya Ananta Toer pernah terlibat sebagai seniman Lekra, sebuah lembaga kesenian yang merupakan underbouw PKI di masa lalu. Lantas bagaimana jika Anda mendapatkan kesimpulan sendiri saat menuntaskan artikel ini? Simak sampai selesai.

Sepenggal Cerita di Balik Penulisan Novel "Bumi Manusia"

Pada 6 Juni 2018 silam, dalam akun Instagram @astutianantatoer, Astuti Ananta Toer dan Aditya Ananta Toer mengungkapkan beberapa cerita menarik mengenai asal mula penulisan novel karya ayahnya ini, serta perjalanan Pramoedya Ananta Toer dalam mengumpulkan dan menyusun bahan penelitian.

Segalanya berawal pada era 1960-an, ketika Pramoedya Ananta Toer,  menjabat sebagai dosen di Universiteit Respublika (Universitas Trisakti). Di tengah tugas mengajar, Pram memberikan tugas unik kepada mahasiswanya: mengkliping berita koran sebagai bagian dari mata kuliah sejarah. Tugas ini dilakukan selama 1 tahun terbit koran, dengan semua kliping diarsipkan di Museum Gajah.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah