Baca Juga: Melayari asal usul Pinisi Bulukumba dari cerita rakyat 'Sawerigading'
Waktu menggugat: "aku tak pernah salah". Ekspektasi sering melampaui realitas nyata. Letak kesalahan manusia, bukan pada waktu. "Dengan segala harap, kusebut dia Sang Waktu, bukan pembawa luka apalagi derita."
Pada halaman 33 Bagian III dengan cerita Kota Jogja dan festival teater Mencari La Galigo dengan fragmen: Tak ada sedih dan bebal. Hanya ada waktu, berjejal Mencari LA GALIGO dan sepenggal kisah klasik.
Tak hanya sisi romantis perjalanan yang tercipta di balik buku kecil ini. Tapi, ada sedih dengan kehadiran kabar dari keluarga Sabda dengan pekik gelisah atas situasi rumah.
Baca Juga: Sapobatu: Kisah raja yang dikubur hidup-hidup dengan batu di timur Bulukumba masa silam
Meski begitu, Sabda tetap kuat melangkah dan menghapus segala air mata demi membawa kesuksesan buat keluarga. Tentunya, pulang adalah kata yang selalu terngiang.
Seperti pada fragmen di halaman 56: Orang-orang terlihat bahagia dan menikmati keindahan yang telah diciptakan oleh para pakar waktu.
Begitulah buku kecil ini memahami perjalanan demi pulang. Menyebutnya kobaran sang waktu.