Niat Sawerigading hanya akan mendatangkan petaka bagi Kerajaan Luwu. Begituklah sehingga Sawerigading harus dilaknat. Meskipun menolak cinta terlarang Sawerigading, Watentri Abeng rupanya ikut berduka.
Walau bagaimana pun, Sawerigading adalah tetap saudara kembarnya. Untuk menghibur Sawerigading, Watenri menyuruh saudara kembarnya itu pergi ke negeri Tiongkok.
Watentri berkata, “Di negeri Tiongkok ada seorang puteri yang wajahnya sangat mirip dengan wajahku. Puteri We Cudai namanya.”
Baca Juga: Filosofi dan ritual di balik kelahiran setiap kapal Pinisi di Bulukumba
Sawerigading menerima usulan adiknya itu. Celakanya, Sawerigading tidak dapat berlayar karena kapalnya sudah tua dan rapuh. Untuk membuat sebuah kapal yang baru dan tangguh, ditunjukkanlah kepadanya pohon welengrenge, sebatang pohon milik Dewata di Mangkutu.
Pohon bertuah itu coba ditebang. Tetapi, sekuat daya diupayakan, pohon itu tidak bisa tumbang. Atas saran Wetenri Abeng, diadakanlah upacara besar-besaraan, dipimpin Iangsung oleh nenek Sawerigading, seorang sakti mandraguna.
Namun, ketika pohon bertuah itu tumbang, pohon welengrenge tetiba saja masuk ke perut bumi membawa serta nenek Sawerigading. Ajaib, sesat kemudian muncul sebuah perahu, bagai muncul dari perut bumi, megah dan indah.
Maka berlayarlah Sawerigading denga perahu ajaib itu menuju negeri Tiongkok. Sebelum Sawerigading berlayar, sempat dia mengucapkan sumpah bahwa dia tidak akan pulang ke tanah Luwu, kecuali bila tulangnya dibawa tikus.
Singkat cerita, Sawerigading pun berhasil mempersunting Puteri We Cudai dari Tiongkok .