Wacana Pemilu 2024 pakai sistem proporsional tertutup, aktivis 98: 'Itu pembunuhan demokrasi'

- 1 Januari 2023, 17:08 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi - /Dok. Kementerian Komunikasi dan Informatika

WartaBulukumba - Genderang pesta demokrasi Pemilu 2024 sedang ditabuh dan wacana bagaimanakah sistem pemilihan yang tepat juga sedang gemuruh.

Saat ini sedang hingar di seputar wacana sistem proporsional tertutup yang dilontarkan Ketua KPU Hasyim Asy'ari baru-baru ini.

Wacana sistem proporsional tertutup sontak memantik polemik di ruang publik. Berbagai kalangan angkat bicara. 

Baca Juga: Gerindra harap pendukung Jokowi mengalihkan dukungan ke Prabowo di Pilpres 2024

Aktivis 98 Syamsir Anchi
Aktivis 98 Syamsir Anchi WartaBulukumba.com

Salah satu aktivis 98 Syamsir Anchi angkat suara terkait wacana Pemilu 2024 kembali ke sistim proporsional tertutup.

Pada sistem ini, pemilih hanya memilih partai politik dan tidak memilih calon legislatif (caleg).

Pada sistem proporsional tertutup, caleg hanya ditunjuk oleh partai politik.

Baca Juga: Poros 98 peringatkan upaya penyesatan demokrasi menjelang Pilpres 2024

Menurut Syamsir Anchi, wacana yang disampaikan Ketua KPU Hasyim Asy'ari itu adalah kemunduran demokrasi di Indonesia.

"Sistem Pemilu dengan proporsional tertutup yang akan terjadi wakil-wakil rakyat tidak dikenal oleh rakyat. Ini karena rakyat hanya nyoblos tanda gambar partai. Yang terpilih dasarnya adalah nomor urut yang ditentukan oleh Parpol," kata Syamsir Anchi kepada WartaBulukumba.com pada Ahad, 1 Januari 2022.

Dengan sistem Pemilu seperti di era Orde Lama dan Orde Baru itu, lanjut Anchi, oligarki partai akan semakin merajalela dan kader-kader partai akan kehilangan akar karena mereka akan berjuang ke partai untuk dapat nomor urut bukan mengakar ke rakyat.

Baca Juga: Partai NasDem di Bulukumba Sulsel siap memenangkan Anies Baswedan, ini strateginya

“Caleg tidak penting branding ke rakyat, tinggal memasang gambar partai dan tokoh partai saja. Partai menang, caleg nomor urut 1 terpilih, meskipun yang kerja keras Caleg di bawahnya," ungkapnya.

Adanya desakan sejumlah elit partai tertentu yang menginginkan Pemilu 2024 kembali ke sistim poporsiona tertutup, kata Anchi, itu menandakan para pendosa demokrasi dan pengkhianat reformasi masih memiliki peran, sehingga mereka masih ngotot mengembalikan sistim demokrasi kembali ke masa politik otoriter berjaya.

“Hak rakyat untuk memilih langsung wakilnya mau dikebiri dengan mundur ke sistem proporsional tertutup. Ini sama dengan membunuh demokrasi,” pungkasnya.***

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x