Mengenal 4 tipe pola asuh: Menavigasi pendidikan anak dalam keluarga

- 24 Januari 2024, 15:57 WIB
Ilustrasi - Salah satu momen saat kader PMT Kelurahan Tanete, Israwati, SE., menyuapi seorang anak/WartaBulukumba.Com
Ilustrasi - Salah satu momen saat kader PMT Kelurahan Tanete, Israwati, SE., menyuapi seorang anak/WartaBulukumba.Com /

WartaBulukumba.Com - Dalam labirin kehidupan keluarga, pola asuh menjadi kompas yang menuntun tumbuh kembang anak. Setiap orangtua, dengan latar belakang dan nilai yang berbeda, menempuh jalan yang unik dalam membesarkan anak-anak mereka. 

Ada empat aliran utama dalam dunia pola asuh, yang masing-masing membawa dampak mendalam terhadap watak dan masa depan anak.

Setiap hari, ibu mengajarkan pelajaran kehidupan yang diwarnai oleh cinta dan ketegasan. Di rumah yang mungkin sederhana, setiap sudutnya penuh dengan kisah-kisah tentang tawa, air mata, dan mimpi yang terjalin dalam ikatan keluarga.

Di sini, pola asuh bukan sekadar metode; ia adalah peta yang mengarahkan anak melalui labirin kehidupan. Dengan lembut namun pasti, ibu membimbing, seolah menggenggam tangan anaknya melintasi jembatan antara masa kecil dan dewasa, antara kemandirian dan kebersamaan.

Baca Juga: Satu Langkah, Berjuta Cerita dari Hamaika Project: Explore and Learn Happily edisi Pulau Liukang Loe

Referensi 

Sebelum lanjut, ada beberapa referensi yang kami rekomendasikan terkait pola asuh anak yang ideal. Terdapat banyak referensi dalam bentuk buku yang bisa dijadikan acuan untuk pola asuh anak. Salah satu di antaranya buku "The Danish Way of Parenting" oleh Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl. Buku ini mengeksplorasi pendekatan Denmark terhadap pola asuh, yang dikenal karena menciptakan salah satu populasi terbahagia di dunia. Penekanannya adalah pada rasa hormat, empati, dan kebersamaan.

Buku lainnya yaitu "Battle Hymn of the Tiger Mother" oleh Amy Chua. Sebuah memoir yang kontroversial dan sangat populer, menggambarkan pendekatan pola asuh yang ketat dan berorientasi pada prestasi yang sering dikaitkan dengan keluarga Asia

Kita juga bisa membaca buku "How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish. Buku ini diakui secara internasional dan memberikan strategi komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.

Ada pula buku "Parenting from the Inside Out" oleh Daniel J. Siegel dan Mary Hartzell. Buku ini menyatukan teori psikologi dan neurobiologi untuk membantu orang tua memahami bagaimana sejarah emosional mereka mempengaruhi pola asuh mereka.

Baca Juga: Pengukuhan 'Bunda Literasi' di setiap kecamatan di Bulukumba, pegiat literasi: 'Semoga bukan hanya seremoni'

Secara umum, ada empat pola asuh anak yang dikenal. Kita telusuri satu persatu seperti apa empat pola asuh anak dimaksud.

Pola Asuh Otoriter: Disiplin dalam Bingkai Kecemasan 

Pola asuh otoriter dapat kita selami seperti dalam contoh kisah berikut ini.

Di balik dinding rumah yang kokoh, seorang ayah menetapkan aturan dengan ketat. Suaranya, bagai gema di ruang keluarga, mengukir garis tegas antara yang diperbolehkan dan yang tidak. Pola asuh otoriter ini menyerupai sebuah taman yang dirancang sempurna, di mana setiap pohon dan semak harus tumbuh sesuai sketsa yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Keren! Syifa, anak kuli bangunan dan penjual gorengan Juara Olimpiade Matematika SMP se-Indonesia

Anak-anak yang dibesarkan dengan cara ini sering tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan berprestasi. Namun, di balik prestasi itu, kadang tersembunyi rasa takut dan kecemasan. Mereka belajar untuk mengikuti peraturan, namun sering kali kehilangan keberanian untuk berimprovisasi dan mengekspresikan diri.

Sebagai contoh, ada cerita tentang Andi, seorang remaja yang berprestasi di sekolah. Ia selalu mendapatkan nilai bagus dan memenangkan banyak kompetisi. Namun, ketika harus membuat keputusan sendiri, Andi sering kali terhambat oleh kecemasan. Ia terbiasa hidup dalam struktur yang ketat dan ketika menghadapi situasi yang tidak terduga, ia merasa hilang arah.

Pola Asuh Permisif: Kebebasan Tanpa Batas

Di sudut kota yang sama, di sebuah rumah berwarna cerah, seorang ibu memilih untuk memberikan kebebasan yang luas kepada anak-anaknya. Rumah ini berbeda; aturannya sedikit, dan cinta serta dukungan diberikan tanpa syarat. Pola asuh permisif ini ibarat taman liar, di mana bunga dan tanaman tumbuh bebas tanpa batas.

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan ini seringkali berkembang menjadi individu yang kreatif dan mandiri. Mereka terbiasa membuat pilihan sendiri dan belajar dari setiap keputusan. Namun, kebebasan ini terkadang berbuah kekurangan dalam hal disiplin dan struktur, yang bisa mengakibatkan kesulitan dalam menghadapi tantangan dan batasan di dunia nyata.

Sebagai contoh, kita bisa melihat kehidupan Rani, seorang gadis remaja yang tumbuh dengan penuh cinta namun minim aturan. Rani memiliki imajinasi yang kaya dan jiwa yang bebas, tetapi ia sering kesulitan mengikuti jadwal dan mematuhi batas waktu. Di sekolah, Rani dikenal sebagai murid yang cerdas namun seringkali tidak konsisten dalam prestasi akademisnya.

Pola Asuh Otoritatif: Keseimbangan yang Harmonis 

Pola asuh otoritatif, serupa dengan lukisan yang seimbang antara warna cerah dan gelap, menawarkan kombinasi antara kehangatan dan aturan. Di sebuah rumah yang dikelilingi taman, seorang ayah dan ibu bekerja sama menciptakan lingkungan yang penuh cinta namun juga memiliki struktur yang jelas. Dalam keluarga ini, dialog menjadi jembatan penghubung antara orang tua dan anak, memungkinkan pengertian bersama dan pertumbuhan yang sehat.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan empatik. Mereka diajarkan untuk menghargai aturan, tetapi juga diberi ruang untuk berpikir kritis dan membuat keputusan mereka sendiri. Keseimbangan antara disiplin dan dukungan ini membentuk mereka menjadi pribadi yang adaptif dan fleksibel.

Sebagai contoh, terdapat Budi, seorang pemuda yang tumbuh dalam keluarga otoritatif. Dia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dengan berbagai situasi, baik di sekolah maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler. Budi mampu mengikuti aturan dengan baik, namun juga tidak ragu untuk menyuarakan pendapatnya dan berinovasi.

Pola Asuh Lepas: Kebebasan Tanpa Panduan 

Pola asuh lepas serupa dengan sebuah taman raya di mana anak-anak dibiarkan menjelajah tanpa peta atau kompas. Di sebuah rumah yang terbuka, anak-anak diberi kebebasan untuk membuat keputusan mereka sendiri tanpa banyak intervensi dari orang tua. Ruang ini penuh dengan kemungkinan, namun seringkali minim arahan.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung memiliki jiwa eksploratif dan independen. Mereka belajar dari pengalaman langsung dan seringkali memiliki kebebasan ekspresi yang tinggi. Namun, tanpa panduan yang cukup, mereka bisa kesulitan dalam mengembangkan disiplin diri dan sering kali bingung saat dihadapkan pada struktur dan aturan.

Contohnya adalah Lia, seorang remaja yang dibesarkan dengan pola asuh lepas. Lia memiliki banyak ide dan kebebasan untuk mengeksplorasinya, namun ia sering merasa kesulitan saat harus mengikuti jadwal dan aturan yang ketat di sekolah. Ia berjuang untuk menemukan keseimbangan antara keinginan pribadinya dan tuntutan lingkungan.

Dari keempat pola asuh yang telah dijelajahi, kita dapat melihat bahwa tidak ada satu metode yang sempurna. Setiap pola asuh memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat membentuk karakter anak secara berbeda. Penting bagi orang tua untuk memahami kebutuhan individu anak mereka dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka sebagai individu yang seimbang.

Akhirnya, pola asuh yang terbaik adalah yang bisa beradaptasi dan berevolusi sesuai dengan kebutuhan anak dan dinamika keluarga.***(Israwaty Samad)

 

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah