WartaBulukumba.Com - Hawa dingin yang menciumi tubuh hingga gigil menjadi salah satu sahabat akrab di sini, sebuah kampung di sisi terluar Kabupaten Bulukumba. Hutan dan ladang menghijau mengitari rumah-rumah panggung dari bahan material kayu dan bambu. Jarak tempat-tempat hunian itu tidak saling berdekatan.
Membutuhkan lebih dari sekadar nyali untuk melewati terjal jalanan. Meskipun indahnya alam yang eksotis di sepanjang perjalanan adalah obat paling mujarab. Memiliki cinta yang tebal adalah syarat utama untuk memeluk Benteng Senggang, sebuah kampung yang begitu terpencil di wilayah Barat Bulukumba.
Terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, kampung ini berada di titik perbatasan antara Kabupaten Bulukumba dengan Kabupaten Bantaeng.
Baca Juga: Bulukumba jadi pilot project UNICEF penanganan anak tidak sekolah
Di balik sulitnya akses dan keterpencilan, terdapat kisah cinta dan dedikasi untuk Benteng Senggang yang bahkan setidaknya sampai tahun 2015, belum memiliki akses pelayanan umum seperti sekolah maupun kesehatan. Jalanan berbatu dan sangat menanjak. Salah perhitungan sedikit saja bisa jatuh ke jurang di sisi kiri kanan jalan.
Kampung ini telah memanggil-manggi salah seorang pegiat literasi bernama Nopianto. Dia seorang lelaki muda asal Borong Rappoa di Kecamatan Kindang. Suatu hari Nopi menginjakkan kaki di Benteng Senggang untuk menggelar lapak baca gratis buat anak-anak setempat.