Mengenal 4 tipe pola asuh: Menavigasi pendidikan anak dalam keluarga

- 24 Januari 2024, 15:57 WIB
Ilustrasi - Salah satu momen saat kader PMT Kelurahan Tanete, Israwati, SE., menyuapi seorang anak/WartaBulukumba.Com
Ilustrasi - Salah satu momen saat kader PMT Kelurahan Tanete, Israwati, SE., menyuapi seorang anak/WartaBulukumba.Com /

Pola Asuh Otoritatif: Keseimbangan yang Harmonis 

Pola asuh otoritatif, serupa dengan lukisan yang seimbang antara warna cerah dan gelap, menawarkan kombinasi antara kehangatan dan aturan. Di sebuah rumah yang dikelilingi taman, seorang ayah dan ibu bekerja sama menciptakan lingkungan yang penuh cinta namun juga memiliki struktur yang jelas. Dalam keluarga ini, dialog menjadi jembatan penghubung antara orang tua dan anak, memungkinkan pengertian bersama dan pertumbuhan yang sehat.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan empatik. Mereka diajarkan untuk menghargai aturan, tetapi juga diberi ruang untuk berpikir kritis dan membuat keputusan mereka sendiri. Keseimbangan antara disiplin dan dukungan ini membentuk mereka menjadi pribadi yang adaptif dan fleksibel.

Sebagai contoh, terdapat Budi, seorang pemuda yang tumbuh dalam keluarga otoritatif. Dia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dengan berbagai situasi, baik di sekolah maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler. Budi mampu mengikuti aturan dengan baik, namun juga tidak ragu untuk menyuarakan pendapatnya dan berinovasi.

Pola Asuh Lepas: Kebebasan Tanpa Panduan 

Pola asuh lepas serupa dengan sebuah taman raya di mana anak-anak dibiarkan menjelajah tanpa peta atau kompas. Di sebuah rumah yang terbuka, anak-anak diberi kebebasan untuk membuat keputusan mereka sendiri tanpa banyak intervensi dari orang tua. Ruang ini penuh dengan kemungkinan, namun seringkali minim arahan.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung memiliki jiwa eksploratif dan independen. Mereka belajar dari pengalaman langsung dan seringkali memiliki kebebasan ekspresi yang tinggi. Namun, tanpa panduan yang cukup, mereka bisa kesulitan dalam mengembangkan disiplin diri dan sering kali bingung saat dihadapkan pada struktur dan aturan.

Contohnya adalah Lia, seorang remaja yang dibesarkan dengan pola asuh lepas. Lia memiliki banyak ide dan kebebasan untuk mengeksplorasinya, namun ia sering merasa kesulitan saat harus mengikuti jadwal dan aturan yang ketat di sekolah. Ia berjuang untuk menemukan keseimbangan antara keinginan pribadinya dan tuntutan lingkungan.

Dari keempat pola asuh yang telah dijelajahi, kita dapat melihat bahwa tidak ada satu metode yang sempurna. Setiap pola asuh memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat membentuk karakter anak secara berbeda. Penting bagi orang tua untuk memahami kebutuhan individu anak mereka dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka sebagai individu yang seimbang.

Akhirnya, pola asuh yang terbaik adalah yang bisa beradaptasi dan berevolusi sesuai dengan kebutuhan anak dan dinamika keluarga.***(Israwaty Samad)

 

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah